Minggu, 23 Februari 2014

TINGKAH LAKU IKAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Tingkah laku ikan adalah adaptasi tubuh ikan terhadap pengaruh lingkungan internal dan eksternal. Yang termasuk pengaruh lingkungan eksternal adalah oksigen, cahaya, salinitas dan faktor lingkungan lainnya. Yang termasuk faktor internal adalah kematangan gonad dan pertumbuhan (Baskoro, 2011).

Menurut Fujaya (2008), dengan mengetahui tingkah laku ikan maka dapat menunjang keberhasilan teknologi perikanan. Mislnya di bidang teknik penangkapan ikan. Dewasa ini mulai digunakan lampu-lampu untuk mengumpulkan ikan atau light fishing. Teknik ini ddasarkan pada tingkah laku ikan yang fotosintesis positif.

Mempelajari tingkah laku ikan sangat penting terutama bagi penangkapan dan budidaya. Di bidang penangkapan, tingkah laku ikan digunakan untuk menentukan efektifitas alat tangkap. Sedangkan di bidang budidaya dapat diaplikasikan pada pemberian pakan dan pemijahan.

1.2   Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum Tingkah Laku Ikan tentang Natural Behavior adalah mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan tingkah laku ikan mulai dari awal menetas, tingkah laku saat pembesaran, dan tingkah laku pada waktu pemijahan.

Tujuan dari praktikum Tingkah Laku Ikan tentang Natural Behavior adalah mengetahui tingkah laku ikan mulai awal menetas, tingkah laku saat pembesaran dan tingkah laku pada waktu pemijahan.

1.3   Waktu dan Tempat
Praktikum Tingkah Laku Ikan tentang Natural Behavior dilaksanakan pada kamis, 12 Desember 2013 pukul 08.00-12.00 WIB. di Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo, Jawa Timur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Ikan Kerapu Macan
2.1.1     Klasifikasi dan Morfologi Ikan
Menurut Adrim et al (2004) dalam Ahmad (2009), klasifikasi ikan kerapu macan digolongkan pada:
     Class               : Chondrichthyes
     Sub class         : Ellasmobranchii
     Ordo                : Percomorphi
     Divisi                : Perciformes
     Family             : Serranidae
     Genus              : Epinephelus
     Species           : Ephinephelus fuscoguttatus (Forsskal, 1775)


 







                
Gambar 1. Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscoguttatus )
(Google image, 2013)

            Morfologi ikan kerapu macan bentuk tubuhnya agak rendah, moncong panjang memipih dan menajam, maxillary lebar di luar mata, gigi pada bagian sisi dentary 3 atau 4 baris, terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik hitam pada bagian dorsal dan posterior. Habitat benih ikan kerapu macan adalah pantai yang banyak ditumbuhi algae jenis reticulate dan Gracillaria sp., setelah dewasa hidup di peraran yang lebih dalam dan pada daerah terumbu karang.


Menurut Utama (2008), klasifikasi ikan kerapu macan adalah sebaga berikut :
Class               : Chondrichthyes
Sub class        : Ellasmobranchii
Ordo                : Percomorphi
Divisi               : Perciformes
Famili              : Serranidae
Genus             : Epinephelus
Species           : Epinephelus fusguttatus
                         
Ikan kerapu macan (Epinephelus fusguttatus) adalah ikan yang hidup di ekosistem terumbu karang. Bentuk tubuhnya agak rendah, moncong panjang, memipih dan menajam, terdapat bintik putih coklat pada kepala badan dan sirip, bintik hitam pada bagian dorsal dan posterior. Habitat ikan kerapu macan adalah pantai yang benyak alga dan karangnya. Setelah dewasa hidup di perairan yang lebih dalam dengan dasar terdiri dari pasir berlumpur. Ikan kerapu macan termasuk jenis karnivora dan cara makannya mematuk makanan yang diberikan sebelum makanan sampai ke dasar. Pakan yang paling disukai jenis crustacea. Selin itu jenis ikan-ikan pelagis kecil (tembang, teri, dan belanak).
Ciri-ciri morfologi ikan kerapu macan antara lain bentuk tubuh pipih, yaitu lebar tubuh lebih kecil daripada panjang dan tinggi tubuh, rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi yang lencip dan kuat, mulut lebar, serong ke atas dengan bibir bawah yang sedikit menonjol melebihi bibir atas, sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung tunggal dan memanjang dimana bagian yang berjari-jari keras kurang lebih sama dengan yang berjari-jari lunak, posisi sirip perut berda di bawah sirip dada, serta badan ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid (Wardana, 1994 dalam Gani dan Abdulgani, 2009).

2.1.1      Ekologi Ikan
2.1.1.1        Hatchery 
Ukuran benih ikan kerapu macan yang siap untuk didederkan pada umumnya berukuran 1 inchi. Benih yang baru tiba setelah mengalami perjalanan jarak jauh umumnya berada dalam kondisi lemah, warna tubuhnya lebih gelap dan pucet, statis dan melayang mengikuti gerakan air, mulut dan tutup insang terbuka. Untuk mencegah kematian massal, biasanya dilakukan tindakan mengapungkan kentong plastik yang berisi benih di permukaan air dalam bak beton hingga suhu air dalam kentong plastik dan suhu air dalam bak beton sama. Setelah itu dilanjutkan dengan memasukkan air laut ke dalam kantong plastik yang dipergunakan untuk mengengkut ikan secara perlahan-lahan untuk menyesuaikan kadar garam dalam air. Hal ini bertujuan agar ikan tidak mengalami stress akibat adanya perbedaan suhu dan salinitas air laut di dalam plastik dan bak beton, biarkan selama 30 menit, baru benih ikan tersebut dikeluarkan semuanya dari kantong plastik. Usahakan agar pemindahan benih ini berlangsung pagi atau sore hari (Soesanto, 2009).
Menurut Tiyoso, et. al. (2013), dengan memperlihatkan sifat ikan kerapu yang ditengarai lebih suka hidup di dasar perairan (bentik), mengelompok, bersembunyi, ikan kerapu mampu menyesuaikan besarnya tingkat konsumsi, oksigen dengan kandungan oksigen perairan tenpat ia hidup (Chua dan Teng, dkk. 1978), maka padat penebarannya mampu relatif tinggi. Misalnya padat penebaran pada uji coba supito (1998) 25 m2 dengan ukuran benih 13 g/ekor.
2.1.1.2        Nursery
Menurut Tiyoso, et. al (2013), ikan kerapu lumpur atau ikan kerapu macan dapat dibudidayakan di tambak. Karena kisaran salinitas tambak masih dalam batas ideal untuk budidaya ikan kerapu. Kerapu mempunyai batas toleransi salinitas antara 2,5-45,5 ppt. Salinitas yang ideal adalah antara 15-32 ppt. Pertumbuhan ikan kerapu yang tercepat terjadi pada kisaran salinitas 15-26 ppt.
Air yang keruh banyak mengandung pertikel-partikel air laut yang dapat menyumbat insang ikan mengganggu pernafasan dan berlanjut dengan kematian. Selain itu, kondisi perairan dengan pola arua yang tidak tenang dapat mengakibatkan ikan stress sehingga tidak mempunyai nafsu makan. Hal ini berdampak negatif terhadap vitalitas tubuh ikan yang menjadi lemah. Di samping itu, kepadatan ikan yang cukup tinggi, sementara kedalamn jaring tidak sesuai, sehingga ikan yang berdaa di dasar jaring apabila terkena goncangan gelombang sering terlipat dan terperangkap serta terjadi benturan diatara sesama ikan ynag dapat mengakibatkan luka. Ikan yang luka dan dalam kondisi lemah akibat stress akan mudah diserang penyakit lalu mati dalam jumlah yang cukup tinggi (Aslianti, dkk., 1996).
2.1.2     Food and Feeding Habit Ikan
Disamping kebutuhan protein pakan, jumlah pakan yang diberikan memegang penting dalam efektivitas penggunaan pakan. Penyediaan pakan buatan yang tidak sesuai dengan jumlah dan kualitas yang dibutuhkan ikan menyebabkan laju pertumbuhan ikan menjadi terhambat (Sukadi, 2003 dalam Marzuqi, 2012).
Jenis ikan kerapu macan umumnya termasuk ikan buas, karena mereka umumnya merupakan predator yang senantiasa aktif mencari makan , utamanya pada malam hari. Jenis mangsa dari ikan ini adalah jenis kepiting, jenis – jenis crustacea, gastropoda, serta plankton (Baskoro,2011).
2.1.3     Tingkah Laku Pemijahan
Bila waktu memijah tiba, ikan jantan dan betina akan berenang bersama-sama dipermukaan air. Pemijahan terjadi pada malam hari, antara pukul 18.00 sampai pukul 22.00. jumlah telur yang dihasilkan tergantung dari berat tubuh betina, contoh betina berat 8 kg dapat menghasilkan telur 1.500.000 butir. Telur yang telah dibuahi bersifat "non adhesive" yaitu telur yang satu tidak melekat pada telur yang lainnya (Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2013).
Indukan kerapu macan dibiarkan untuk memijah secara alami dalam tangki.Pemijahan umumnya terjadi pada malam hari (antara jam 9 malam – 3 pagi),Pemijahan berlangsung selama tiga sampai enam malam setiap bulan selama fase bulan baru. Di Bali pada bulan Juli dan Agustus, angin dingin selatan menyebabkan suhu air turun menjadi sekitar 25° C. Selama periode ini, indukan kerapu macan biasanya berhenti memijah. Kalaupun indukan tersebut memijah selama periode ini, telur yang dihasilkan hanya sedikit dan kualitasnya rendah sehingga tidak dapat digunakan untuk produksi pembenihan (Sugama, 2013).
Ikan kerapu macan termasuk dalam jenis ikan yang hermaprodit protogini. Hermaprodit protogini merupakan keadaan dimana proses diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betina ke fase jantan. Ikan ini memulai siklus reproduksinya sebagai ikan betina yang berfungsi kemudian berubah menjadi ikan jantan yang berfungsi. Perubahan kelamin ini dipengaruhi oleh ukuran, umur, dan jenisnya     (Mariskha, 2012).
2.1.4     Metode Penangkapan yang sesuai
lkan kerapu rnerupakan kelornpok ikan pemangsa yang hidup pada perairan karang. lkan kerapu rnudah tertangkap dengan pancing rawe atau bubu (Nuraini, 2006).
Kerapu macan ( Epinephelus fuscoguttatus) umumnya ditangkap denganmenggunakan bubu, pancing, tombak, bahan peledak, dan bahan kimia beracun seperti potassium sianida. Kedua cara penangkapan yang terakhir merupakan cara yang efektif,namun menimbulkan dampak yang merugikan terhadap kelestarian ekosistem terumbukarang dan sumberdaya ikan (Riyanto, 2013).
Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan salah satu jenis ikan karang konsumsi yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Umumnya ikan kerapu macan ditangkap dalam keadaan hidup. Upaya untuk mendapatkan ikan E. fuscoguttatus hidup yakni dengan menggunakan alat penangkapan ikan yang bersifat pasif yang disertai umpan sebagai atraktan untuk mempercepat proses  penangkapan (Brandt, 1984; Gufron, 2005 dalam Fitri, 2011).
2.2   Ikan Kerapu Tikus
2.2.1     Klasifikasi dan Morfologi Ikan
Menurut Jaya (2013),klasifikasi ikan kerapu tikus adalah sebagai berikut :
Phylum            : Chordata
Sub phylum     : Vertebrata
Class               : Osteichtyes
Sub class        : Actinopterigi
Ordo                : Percomorphi
Sub ordo         : Percoidea
Family             : Serranidae
Genus             : Cromileptes


kerapu-tikus.jpg

Species           : Cromileptes altivelis
Gambar 2. Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis)
(Google Image, 2013)

Menurut Kordi (2001) dalam Putri et. al (2013), ikan kerapu tikus ini bertumbuh agak pipih dan warna dasar kulit tubuhnya abu-abu dengan bintik-bintik hitam di seluruh permukaan tubuh. Kepala berukuran kecil dengan moncong agak meruncing. Karena kepala yang kecil mirip bebek. Maka jenis ini populer sebagai kerapu bebek. Namun, ada pula yang menyebutnya sebagai kerapu tikus karena bentuk moncongnya yang meruncing menyerupai moncong tikus. Ikan kerapu tikus digolongkan sebagai ikan konsumsi bila bobot tubuhnya telah mencapai 0.5 – 2 kg/ekor.
            Menurut Wardana (1994) dalam Alfarico (2012), ciri-ciri morfologi ikan kerapu tikus adalah sebagai berikut :
  1. Bentuk tubuh pipih, yaitu lebar tubuh lebih kecil daripada panjang dan tinggi tubuh.
  2. Rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi yang lancip dan kuat.
  3. Mulut lebar, serong ke ats dengan bibir bawah yang sedikit menonjol melebihi bibir atas.
  4. Sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung tunggal dan memanjang dimana bagian yang berjari-jari keras kurang lebih sama dengan yang berjari-jari lunak.
  5. Posisi sirip perut berada di bawah sirip dada.
  6. Badan ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid.
2.2.2       Ekologi Ikan
2.2.2.1 Hatchery
Tingkah laku ikan kerapu tikus pada pemeliharaan dibudidaya tidak jauh berbeda dengan habitat aslinya. Balai budidaya air payau membuat manipulasi lingkungan yang benar-benar sesuai dengan habitat asli ikan kerapu tikus. Pada pembenihan. Larva bersifat pelagis. Seiring dengan pertumbuhannya, ikan kerapu tikus hidup di dasar permukaan dimana pada habitat aslinya, daerah terumbu karang merupakan tempat tinggal bagi ikan. Sehingga ikan kerapu tikus mencari mangsa di sekitar terumbu karang. Ikan kerapu jantan akan bergerak mengikuti ikan kerapu betina dan berenang bersama. Telur yang dihasilkan berkisar 100.000-300.000. masa inkubasi telur 18-20 jam dengan tingkat penetesan 80% dan survival rate 5 %. Larva kerapu tikus bersifat pelagis, pemberian pakan disesuaikan dengan bukaan mulut larva. Faktor lingkungan yang dibutuhnkan pada pengamatan larva yaitu : suhu 29oC, pH 7, slinitas 32 ppt, dan nilai amoniak < 0,01 ppm (Putri et. al., 2013).
Aklimatisasi yang dilakukan oleh BBPBAP Jepara adalah dengan menampung benih dalam wadah yang telah diisi dengan air tambak selama 3-5 menit, kemudian aktivitas gerakbenih diamati. Bila benih aktif bergerak, benih dipindahkan ke tambakyang telah disekat. Selain itu, kegiatan lain yang dilakukan pada awal penebaran adalah pengambilan contoh ikan kerapu tikus untuk diukur berat dan panjang awalnya (Septinawati dan Tjahjaningsih, 2010).
Ukuran benih budidaya bervariasi tergantung pada tahapan budidaya yang dilakukan, bila ingin memulai dari tahp pendederan, benih sebaiknya berukuran berkisar 3 – 5 cm. Untuk kegiatan penggelondongan, ukuran benih 10-15 cm. Benih untuk pembesaran dimulai pada ukuran 20-25 cm. Benih yang digunakan bisa diperoleh dengan beberapa cara. Yakni menangkap langsung dari alam, membeli di nelayan penngkap/hatcheri, atau membenihkan sendiri. Benih terbaik adalah benih hasil pembenihan. Baik dibeli maupun melakukan pembenihan sendiri. Benih hasil pembenihan berjumlah banyak, ukuran lebih seragam, dan kualitasnya terjamin (Negara, 2013).

2.2.2.2 Nursery
Pergerakan ikan kerapu tikus pada keramba terbatas hanya mengelilingi kolam saja dan berdiam di dasar kolam. Peningkatan gerakan terjadi saat pemberian pakan. Ikan kerapu tikus makan dengan menyambar ikan segar yang diberikan. Lingkungan ikan yang ada di karamba jaring apung (KJA) lebih menguntungkan baik bagi ikan itu sendiri maupun bagi pemilik karamba karena penempatannya di laut sesuai dengan habitat ikan kerapu tikus. Pembesaran ikan kerapu tikus di karamba jaing apung dipelihara mulai ukuran 10 cm pada masa pemeliharaan 15 bulan. Pemberian pakan dilakukan 1 kali sehari berupa ikan selar kuning serta pemberian vitamin C yang dilakukan seminggu sekali. Ikan kerapu tikus makan dengan menyergap pakannya sebelum sampai ke dasar jaring. Suhu di karamba berkisar 29-31oC dengan slinitas 33 ppt. Jenis penyakit yang potensi mengganggu disebabkan oleh parasit (Putri, et. al., 2013).
Menurut Komarudin (2005) dalam Septinawati dan Tjahjaningsih (2010), bahwa tahap pemeliharaan kerapu tikus setelah pendederan adalah tahap pembesaran, dimana tahap ini dilakukan selama 16-18 bulan. Pada tahap ini BBPBAP melakukan penjarangan atau pengurangan padat ltebar dari 200 ekor/ m menjadi 15 ekor/m. Pada tahap pembesaran dilakukan penjarangan atau pengurangan padat tebar dari 200 ekor/m menjadi 5-10 ekor/m.
Pembesaran ikan kerapu tikus dapat dilakukan di KJA seperti halnya jenis ikan kerapu lainnya. Ukuran rakit dan karamba yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan target produksi dan ukuran ikan yang akan dibudidayakan. Adapun kerangka rakit yang digunakan sebaiknya berukuran 5 x 5 m dengan ukuran jaring 2 x 2 m (Negara, 2013).
2.2.3      Food and Feeding Habit Ikan
Ikan kerapu termasuk ikan karnivora yang buas dan rakus, hidup menyendiri atau kelompok-kelompok kecil pada perairan terumbu karang dan beberapa di daerah estuaria serta menyukai naungan sebagai tempat bersembunyi (Beksi, 2013).
Ikan kerapu memiliki kebiasaan makan pada siang hari dan malam hari. Namun, lebih aktif pada waktu fajar dan senja hari (Sudjiharno, et. al. 1989; Maryati 2004 dalam Riyanto, 2008).
Menurut Tarwiyah (2001), ikan kerapu termasuk jenis karnivora dan cara makannya “mencaplok” satu persatu makan yang diberikan sebelum makanan sanpai ke dasar. Pakan yang paling disukai jenis krustasea (rebon, dogol dan krosok), selain itu jenis ikan-ikan (tembang, teri dan belanak).
2.2.4      Tingkah Laku Pemijahan
Ikan betina yang telah dewasa bila akan memijah mendekati jantan. Bila waktu memijah tiba, ikan jantan dan betina akan berenang bersama-sama di permukaan air. Pemijahan terjadi pada malam hari, antara pukul 18.00 sampai pukul 22.00 (Tarwiyah, 2001).
Menurt Putri et. al., (2013), untuk melakukan pemijahan, ikan kerapu membutuhkan salinitas antara 28-32 ppt, dengan suhu antara 27oC-30 oC. Ikan kerapu memijah disaat gelap yaitu ketika bulan tiadak bersinar terang. Biasanya berlangsung antara tanggal 25 hingga tanggal 5 berikutnya (bulan arab).
Di habitat aslinya ikan kerapu melakukan pemijahan pada malam hari, yakni pukul 8 malam hingga pukul 3 pagi. Biasanya kerapu jantan akan berenang berputar mengikuti kerapu betina. Setelah kerapu betina mengeluarkan telurnya, kerapu jantan akan mengeluarkan spermanya tersebut (Subyakto dan Cahyaningsih, 2005 dalam Farabi, 2012).
2.2.5      Metode penangkapan yang sesuai
Guna menyelamatkan dan mendayagunakan sumber kekayaan alam, maka pengembangan budidaya ikan kerapu tikus dilakukan secara serius dan usaha pembesarannya dilakukan dengan menggunakan keramba jaring apung di laut (Negara, 2013).
Menurut Fitri (2008), bubu termasuk ke dalam jenis perangkap yang sering digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan karang.
Alat bubu digolongkan sebagai alat perangkap yang digunakan untuk menangkap ikan, dengan seperti kurungan dengan prinsip menjebak pada ikan yang sedang mencari tempat berlindung, agar terperangkap di dalamnya dan tidak dapat keluar lagi (Fitri dan Agus, 2003).
2.3   Ikan Kerapu Kertang
2.3.1      Klasifikasi dan Morfologi Ikan
Menurut fishbase (2013), klasifikasi kerapu kertang yaitu :
Kingdom          : Animalia
Phylum            : Chordata
Class               : Actinopterygii
Ordo                : Perciformes
Family             : Serranidae
Genus             : Ephinephelus
Species           : Ephinepelus lonceolatus


 


                                              



Gambar 3. Ikan Kerapu Kertang (Ephinepelus lonceolatus)
 (Google image, 2013).

Badan ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid. Ikan kerapu genus Ephinephelus tubuh ditutupi oleh bintik-bintik berwarna coklat atau kuning, merah atau putih, tinggi badan pada sirip punggung pertama biasanya lebih tinggi dari pada sirip dubur. Sirip ekor berbentuk bundar (Darwisito, 2002 dalam Widodo, 2006).

Bentuk memanjang dan agak gilik. Warna  bisa berubah tergantung kondisi merah atau kecoklatan. Sehingga disebut kerapu merah. Pada tubuhnya mempunyai bintik-bintik berwarna biru dengan tepi gelap. Mempunyai 6 pita berwarna gelap. Memiliki bintik berwarna seragam. Kdang-kadang tidak seragam. Hidup di perairan berkarang. Ukuran konsumsi 0.5-2 kg (Zulkifli et.al., 2000).
2.3.2      Ekologi Ikan
2.3.2.1 Hatchery
Metode penanganan hasil tangkapan dilakukan sesuai dengan ukuran benih hasil tangkapan. Benih ukuran gelondongan (5-10 cm), sebelum dipelihara ke KJA, terlebih dahulu direndam dalam air yang mengandung antiseptik /antibiotik. Perlakuan ini brtujuan untuk mencegah infeksi bakteri akibar goresan-goresan pada tubuh waktu pemindahan. Sedangkan penangkapan benih perlu disortir terlebih dahulu, kemudian pendederan dilakukan dalam hapa. Pendederan ini memerlukan waktu antara 30 - 45 hari hingga mencapai ukuran gelondongan (5 - 7 cm). Sebelum benih ditebar, sebaiknya benih diberikan desinfektan agar benih bebas dari toleran penyakit. Caranya benih direndam dalam larutan formalin dengan dosis 15 – 25 ppm (kira-kira 1 sendok makan per 250 – 400 liter air) selama 45 – 60 menit (Zulkifli, et. al., 2000).
Pembenihan kerapu biasanya hanya memelihara larva dalam satu siklus. Produksi hingga siap jual dengan ukuran 3 cm dengan lama pemeliharaan 60 hari. Akan tetapi, pada pemeliharaan benih kerapu di KJA dengan ukuran awal 3 cm mepunyai resiko yang cukup tinggi karena banyak mengalami kematian dan memerlukan resiko yang cukup tinggi karena banyak mengalami kematian dan memerlukna waktu pemeliharaan yang cukup lama hingga mencapai ukuran konsumsi. Untuk memepercepat perputaran usaha diperlukan kegiatan pendederan yaitu pemeliharaan benih dari ukuran 3 cm hingga ukuran 5 – 7 cm (Ismi, et. al., 2012).

2.3.2.2  Nursery
Ukuran beih ditebar harus sesuai dengan ukuran mata jaring, sehingga benih tidak lolos dari keramba. Karena kerapu bersifat kanibal, maka keseragaman benih dalam satu keramba sangat perlu diperhatikan. Padat tebar yang dilakukan adalah 25-50 ekor/m2 (ukuran 25-30 gr/ekor). Padat tebar ini dapat dipertahankan sampai ukuran konsumsi (400-1200 gr). Penebaran dilakukan pada pagi hari atau sore hari dan bersamaan penebaran benih dilakukan pada pagi hari atau sore hari dan bersamaan. Penebaran benih perlu diadaptasi dengan lingkungan baru (Zulkifli et.al., 2000).

Benih ikan yang sudah mencapai ukuran 50-75 g/ekor dengan panjang 15 cm atau lebih dari hasil pendederan, selanjutnya  dipelihara dalam kurungan pembesaran yang memiliki lebar mata jaring 25-50 mm (1-2 inchi) dengan kepadatan 15-25 ekor/m3 dan waktu pemeliharaan di kurungan pembesaran berkisar antara 6-8 bulan (Tarwiyah, 2001).
2.3.3      Food and Feeding Habit Ikan
Bahwa pemberian pakan pelet menghasilkan tingkat kelangsungan hidup yang paling rendah yaitu 76,67% dengan pemberian ikan rucah dan kombinasi antar pelet dengan ikan rucah (Donny,2013).
Menurut Tarwiyah (2001), ikan kerapu termasuk jenis karnivora dan cara makannya “mencaplok” satu persatu makan yang diberikan sebelum makanan sanpai ke dasar. Pakan yang paling disukai jenis krustasea (rebon, dogol dan krosok), selain itu jenis ikan-ikan (tembang, teri dan belanak).
2.3.4      Tingkah Laku Pemijahan
Pada saat pengecekan air bak diturunkan sampai setinggi 30 cm. Tanda-tanda induk betina sudah siap atau matang gonad dicirikan dengan perut yang semakin membesar. Pergerakkan lambat dan cenderung miring, lubang genitial semkain membengkak dan memerah, warna tubuh terutama pada bagian insang putih memucat. Kemudian induk betina dikanulasi pada bagian genitialnya untuk melihat kondisi telurnya. Telur yang sudah siap untuk melakukan kawin buatan dicirikan dengan ukuran diameter telur yang semakin membesar (750µ-800µ), warnanya bening dan apabila dimasukkan ke dalam air laut terapung atau minimal melayang (UPT, 2011).
Induk ikan kerapu yang akan dipijahkan bisa berasal dari budidaya pembesaran kerapu ataupun ditangkap dari alam. Induk yang diperoleh dari alam harus dipilih dan diseleksi menurut ukuran serta memenuhi syarat untuk dipijahkan : harus sehat, tubuh tidak cacat, mempunyai ukuran berat yang siap dipijahkan (Tridjoko, 2001 dalam Widodo, 2006).


2.3.5      Metode penangkapan yang sesuai
Beberapa alat tangkap yang digunakan dalma penangkapan ikan kerapu masih tradisional, seperti pancing, jaring insang, jaring kantong, bubu dan jaring angkat. Alat-alat ini juga digunakan untuk bibit ukuran gelondongan. Sedangkan untuk penangkapan nener di tepi pantai digunakan sero dan pukat kantong. Pengoperasian alat ini, khusus untuk penengkapan nener kerapu dilakukan pada malam hari terutama di hari-hari bulan gelap (Zulkifli et. al., 2000).

Lokasi penangkapan ikan kerapu dengan alat bubu di perairan tengah teluk saleh meliputi kawasan pantai Labuan Jambu dan Labuan Haji yang meliputi perairan pantai di sekitar pulau rakit dan pulau-pulau lainnya pada kedalaman sekitar 5-25 m. Pada perairan yang lebih dalam dapat mencapai >50 m merupakan daerah penangkapan pancing tonda dan rawe (Nuraini, 2006).

2.4          Ikan kerapu Batik
2.4.1      Klasifikasi dan Morfologi Ikan
Menurut Fishbase (2012), klasifikasi ikan kerapu batik adalah :
Kingdom          : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Actinopterygii
Ordo                : Perciformes
Famili              : Serranidae
Genus             : Epinephelus
Species           : Epinephelus polyphekadion



 





                                          
Gambar 4. Ikan Kerapu Batik (Epinephelus polyphekadion)
(Google Image, 2013).


Menurut Ghufron et. al., (2010), kerapu batik memiliki kepala, badan dan sirip berwarna coklat pucat dan tertutup bintik-bintik berwarna coklat gelap. Pada kepala dan badan terdapat bercak berwarna hitam tumpang tindih dengan bintik hitam tersebut. Pada bagian pangkal tampak jelas sebuah bercak hitam terdapat bintik-bintik putih pada sirip dan beberapa di bagian kepala dan badan. Ujung sirip ekor membulat berbentuk busur.

2.4.2      Ekologi Ikan
2.4.2.1  Hatchery
Untuk pemeliharaan kerapu cocok digunakan keramba jaring apung dengan banyak sudut seperti segienam, segidelapan, atau segiempat. Hal ini dikarenakan semua spesies kerapu cenderung hidup bersembunyi, berbaring di dasar perairan di bawah naungan (Ahmad et. al., 1995).
Menurut Lembaga Penelitian Undana (2006), kerapu batik dapat dibudidayakan di lokasi atau lahan yang cocok diantaranya salinitas air 30-35 ppt dan bersuhu 27-30oC. Adapun syarat lainnya kerapu hidup pada terumbu karang dengan kedalaman 5-50 m. Dapat dibudidayakan pada KJA.
Pada umumnya KJA terdiri atas kerangka yang terbuat dari kayuan. Kerangka rakit yang digunakan sebaiknya berukuran 5 x 5 m dengan ukuran jaring 2 x 2 m. Sehingga dalam 1 unit rakit terdapat 4 unit jaring. Semakin besar ukuran benih maka semakin besar ukuran mata jaring yang digunakan. Selain itu, harus disediakan jaring pengganti dengan ukuran mata jaring yang berbeda. Pelampung dan jaring berbentuk kelabu terbalik yang diikatkan pada kerangka kayu, pelampung tersebut dapat berupa plastik  foam amupun drum bekas (drum plastik atu drum besi) (Ghufran, 2010).
2.4.2.2  Nursery
Pakan yang diberikan berupa pakan rucah dan pakan pellet dengan metode at satiation yatu pakan diberikan kepada ikan sampai kenyang sebanyak 2 kali sehari sebnayak 6-7.5 % pakan rucah dan 3-5 % pakan pellet untuk ikan berukuran 500-1200 gram (SNI 01-6488.4-2000) (Ghufran, 2010).
Perawatan KJA pun perlu dilakukan dalam usaha pembesaran kerapu. Pengecekan jaring dan waring yang digunakan diperlukan agar ikan tidak dapat lolos dari jaring atau waring ayng rusak. Pembersihan jaring atau waring dapat dilakukan dengan penyemprotan air dan penjemuran atau hanya dengan penjemuran saja (Darmansah, 2009).
            Reproduksi dan rekruitmen merupakan dua momen penting dan kritis dalam siklus hidup spesies ikan. Sering dalam proses ini melibatkan perpindahan antara wilayah, dan beberapa spesies, melakukan migrasi ke daerah pemijahan utama. Kebnayakan populasi ikan kemudian menjadi rentan terhadap dampak aktivitas penangkapan yang beroperasi di daerah pemijahan (spawning ground) dan di daerah pengasuhan (nursery ground) dimana masing-masing terdapat stok induk dan juvenil yang melimpah (SEAFDEC,2006).
2.4.3      Food and Feeding Habit Ikan
Ikan kerapu adalah termasuk jenis ikan karnivora dan cara makannya “menggerus”. Jenis ikan yang sering dimakan adalah ikan tembang, teri dan belanak. Pada umumnya ikan karnivora mempunyai gigi untuk menyergap, manahan dan merobak mangsa. Jari-jari tapis insangnya menyesuaikan untuk penahan, memegang, memarut dan menggilas mangsa. Ikan karnivora mempunyai lambung benar, palsu dan usus pendek, tebal dan elastik (Effendi, 2002).
Menurut Akbar (2001), ikan kerapu adalah jenis ikan buas (karnivora). Sifat kanibalnya muncul apabila kekurangan pakan, terutama terlihat pada ikan kerapu stadia awal. Dari pengamtan isi perut ikan kerapu kecil diketahui kandungan di dalamnya didominasi oleh golongan krustasea sebanyak 83% dan ikan-ikanan sebesar 17 %.

2.4.4      Tingkah Laku Pemijahan
Banyak ikan karang konsumsi berkumpul dalam jumlah besar pada lokasi, musim dan fase bulan yang spesifik untuk memijah. Kebnayakan jenis ikan ikan komersial penting, termasuk jenis-jenis kerapu dan napoleon melakukan aktivitas reproduksi dalam suatu pemijahan massal (spawning aggregation) yang melibatkan puluhan hingga puluhan ribu individu (Savoy, 1996).

Pemijahan massal (spawning aggregation) adalah kelompok spesies ikan yang sama yang berkumpul untuk tujuan pemijahan, dimana densitas dan jumlah ikan secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan densitas dan jumlah ikan di lokasi agregasi tersebut pada saat tidak dalam masa reproduksi (Domeier dan Colin, 1997).
            Menurut Effendi (2002), tingkah laku ikan pada fase pemijahan diantaranya ialah : bersamaan dengan pengeluaran produk seksual ada ikan yang melakukan sentuhan bagian-bagian tubuh, gerakan eksotik dengan menggetarkan seluruh bagian tubuh, gerakan pembelitan tubuh ikan jantan atau ikan betina oleh ikan jantan, penyimpanan telur oleh ikan jantan atau ikan betina  ke dalam sarang, gua, bagian pada tubuh, pada busa, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain.
2.4.5      Metode penangkapan yang sesuai
Ikan kerapu merupakan ikan karang. Banyak para nelayan yang menangkap ikan kerapu dengan cara bom atau racun potasium. Hal ini dapat merusak ekosistem terumbu karang yang menjadi tempat tinggalnya. Penangkapan ikan kerapu dapat menggunakan pancing ulur, pancing tonda dan rawai dasar (Habibi et.al., 2011).

Pada waktu air pasang mereka bergerak mencari mangsanya ke daerah yang lebih dangkal yang banyak dihuni ikan-ikan kecil, kemudian pada waktu air surut kembali ke tempat semula. Kebiasaan ini, dimanfaatkan para nelayan bubu di Karimunjawa (Jepara) dengan cara menghadang jalannya atau gerakan yang dilalui ikan-ikan kerapu sewaktu mencari makan. Agar ikan tidak merasa kaget, bubu diletakkan di daerah karang kemudian ditutupi karang-karang mati dan mulut bubu biasanya diarahkan ke pantai atau jalan yang diperkirakan dilalui ikan (Hadisubroto, 1991 dalam Hadisubroto dan Djamal, 1992).







2.5          Udang Vaname
2.5.1      Klasifikasi dan Morfologi Ikan
Klasifikasi udang vaname menurut Haliman dan Adijaya (2005) adalah sebagai berikut :
Phylum            : Arthropoda
Kelas               : Crustacea
Sub-kelas        : Malacostraca
Series              : Eumalacostraca
Super order     : Eucarida
Order               : Decapoda
Sub order        : Dendrobranchiata
Infra order       : Penaeidea
Famili               : Penaeidae                                            
Genus              : Penaeus
Sub genus       : Litopenaeus
Spesies            : Litopenaeus vannamei



            Gambar 5. Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)
(Google Image, 2013).
Menurut Haliman dan Adijaya (2005) tubuh udang vaname dibentuk oleh dua cabang, yaitu exopodite dan endopodite. Tubuh vaname berbuku-buku dan berganti kulit exsoskeleton secara periodik atau moulting. Bagian tubuh udang vanamei yang sudah mengalami modifikasi dapat digunakan untuk makan, bergerak dan membenamkan diri ke lumpur.
Udang penaeid mempunyai ciri khas yaitu: kaki jalan 1,2, & 3 bercapit dan kulit kitin.Udang penaeid termasuk crustaceae yang merupakan binatang air memiliki tubuh beruas-ruas, pada setiap ruasnya terdapat sepasang kaki. Udang vanamei termasuk salah satu famili penaide termasuk semua jenis udang laut, udang air tawar (Rahman, 2005).

2.5.2      Ekologi Ikan
2.5.2.1  Hatchery
Menurut Fauzi (2006), udang Vaname adalah udang asli dari perairan amerika latin yang kondisi iklimnya subtropik. Di habitat alaminya dia suka hidup pada kedalaman kurang lebih 70 meter.Udang vaname bersifat nocturnal, yaitu aktif mencari makan pada malam hari. Proses perkawinan pada udang vanamei ditandai dengan loncatan betina secara tiba-tiba.
Udang betina betina mengeluarkan sel-sel telur. Pada saat yang bersamaan, udang jantan mengeluarkan sperma sehingga sel telur dan sperma bertemu. Proses perkawinan berlangsung kira-kira satu menit. Sepasang udang vannamei berukuran 30-45 gram dapat menghasilkan telur sebanyak 100.000-250.000 butir. Siklus hidup udang vannamei sebelum ditebar di tambak yaitu stadia naupli, stadia zoea, stadia mysis, dan stadia post larva. Pada stadia naupli larva berukuran 0,32-0,59 mm, sistim pencernaanya belum sempurna dan masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur. Stadia zoea terjadi setelah larva ditebar pada bak pemeliharaan sekitar 15-24 jam. Larva sudah berukuran 1,05-3,30 mm dan pada stadia ini benih mengalami 3 kali moulting. Pada stadia ini pula benih sudah bisa diberi makan yang berupa artemia.Pada stadia mysis, benih udang sudah menyerupai bentuk udang.Yang dicirikan dengan sudah terluhatnya ekor kipas (uropoda) dan ekor (telson). Selanjutnya udang mencapai stadia post larva, dimana udang sudah menyerupai udang dewasa. Hitungan stadianya sudah menggunakan hitungan hari.Misalnya, PL1 berarti post larva berumur satu hari.Pada stadia ini udang sudah mulai bergerak aktif (Suwoyo, 2010).         

2.5.2.2  Nursery
Telur yang telah menetas pada dasarnya masih bersifat planktonis dan bergerak mengikuti arus air. Menurut Wyban dan Sweeney (1991) dalam Fauzi (2006) pertumbuhan, larva akan berkembang dengan sempurna pada kondisi suhu 26-28ºC, oksigen terlarut 5-7 mg/l, salinitas 35 ppt. Setelah menetas larva akan berkembang menjadi 3 stadia yaitu nauplius, zoea, mysis. Setiap stadia akan dibedakan menjadi sub stadia sesuai dengan perkembangan morfologinya. Pergantian stadia terjadi setelah larva mengalami pergantian kulit (moulting).
         Menurut Elovaara (2001), temperatur air untuk optimalkan pertumbuhan dan transisi dari satu larva ke larva berikutnya adalah 280C, sedangkan salinitas adalah 26-30 dan pH sekitar 8,0, namun pH 7,8 sampai 8,4 sudah cukup.
Menurut Heryadi, D dan Sutadi (1993) dalam Ratna (2011), pengelolaan kualitas air ada beberapa perlakuan agar air media tetap sesuai untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva.

2.5.3      Food and Feeding Habit Ikan
Udang mengambil makanannya dari dasar habitatnya atau dari fauna terkait yang terendam vegetasi pantai di badan air. Udang memiliki pergerakan yang terbatas dalam mencari makanan dan mempunyai sifat dapat menyesuaikan diri terhadap makanan yang tersedia lingkungannya. Udang bersifat nokturnal artinya aktif mencari makan pada malam hari atau apabila intensitas cahaya berkurang. Sedangkan pada siang hari yang cerah lebih banyak pasif  berbenam diri dalam lumpur, di balik batu, karena udang-udang jenis ini tidak menyukai sinar matahari (Istrada, 2013).
Semula udang penaeid dikenal sebagai hewan bersifat omnivorousscavenger artinya ia pemakan segala bahan makanan dan sekaligus juga pemakan bangkai.naumn, penelitian selanjutnya dengan cara memeriksa isi usus mengindikasikan bahwa udang penaeid bersifat karnivora yang memangsa berbagai krustasea renik amphipoda, danpolychaeta (cacing). Oceanic Institute di Hawai membuktikan bahwa bakteri dan alga yang banyak tumbuh di badan (kolom) air kolam yang agak keruh, ternyata berperan penting sebagai makanan udang, menyebabkan udang tumbuh lebih cepat 50% dibanding dengan udang L. Vannamei yang dipelihara di dalam kolam/bak yang berair sangat bersih. Catatan ini membuktikan bahwaudang tumbuh optimum di kolam karena adanya komunitas microbial (Wyban dan Sweeney, 1991).
L. vannamei bersifat nokturnal. Sering ditemukan memendamkan diri dalam lumpur/pasir dasar kolam bila siang hari, dan tifdak mencari makanan. Akan tetapi, pada kolam budidayajika siang hari diberi pakan maka udang vaname akan bergerak untuk mencarinya, ini berarti sifat nokturnal tidak mutlak. Udang vanami memerlukan pakan dengan kandungan protein 35 %. Ini lebih rendah dibanding dengan kebutuhan untuk P. monodon, dan P. japonicus yang kebutuhan protein pakannya mencapai 45 % untuk tumbuh baik. Ini berarti dari segi pakan L. Vannamei lebih ekonomis, sebab bahan pangan yang mengandung protein banyak tentu lebih mahal. L. Vannamei tumbuh cepat jika pakannya mengandung cumi-cumi. Cumi-cumi telah diketahui mengandung banyak lemak tak jenuh (HUFA) antara lain Cholesterol yang diperlukan untuk pertumbuhan gonad udang, maupun untuk percepatan pertumbuhannya (Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2012)
2.5.4      Tingkah Laku Pemijahan
Yang disebut memijah ialah proses keluarnya telur-telur yang siap dibuahi dari induk betina. Proses pemijahan hanya berlangsung kira-kira 2 menit saja pada L. vannamei dimana proses ini terjadi ketika induk betina berenang secara perlahan dalam badan air. Pada proses ini biasanya semua telur matang gonad dikeluarkan sekaligus. Begitu telur-telur keluar, induk betina mencampurkan telur-telur dengan sperma yang sudah menempel di thelycum dengan cara menghentakkan kaki-kaki renangnya (pereopoda). Telur-telur dikeluarkan oleh induk betina melalui lubang genitalia yang terletak pada coxa dari pereopoda ketiga, dan mengarah ke depan sehingga telur-telur terkumpul di dalam rongga yang berada diantara coxz pada pereopoda ketiga dan keempat. Ceruk (rongga) itu disebut fertilization chamber. Di dalam ceruk ini telur-telur bercampur telur keluar menyebar ke dalam air di sekitarnya. Sperma masuk ke dalam sel telur lalu menyatu antara sel telur dan sperma terjadi serangkaian perubahan biokimia, namun yang berhasil menyatu hanyalah satu sperma dan satu sel telur saja. Proses itu berlangsung selama 11 menit pada suhu 28oC (Wyband dan Sweeney, 1991).

L. vannamei biasa memijah di malam hari, beberapa jam setelah kawin. Karena interval antara kawin dan mijah sangat pendek. Maka perlu dilakukan tindakan teknis untuk mengamankan proses pembuahan, penetasan telur dan pemeliharaan larva, di dalam panti pembenihan. Udang harus ditinggalkan dalam keadaan tenang dalam bak agar terjadi perkawinan. Tetapi, betina yang telah kawin harus segera ditangkap sebelum memijahkan telur, untuk dipindahkan ke dalam bak pemijahan yang lebih kecil volumenya (pertumbuhannya) (Kepala Pusat Penyuluhan Kelutan dan Perikanan, 2012).
Perilaku kawin pada udang vannamei pada wadah pemijahan dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti temperatur air, kedalamn, intensitas cahaya, fotoperiodisme dan beberapa faktor biologis seperti dentitas aerial dan rasio kelamin (Yano et. al., 1988 dalam Syafrenal, 2011).
2.5.5      Metode penangkapan yang sesuai
Panen merupakan kegiatan akhir dari budidaya yang dilakukan oleh pengusaha atau suatu perusahaan yang bergerak di bidang budidaya baik itu budidaya udang, ikan, kerang, teripang, maupun rumput laut. Berdasarkan alat atau cara penangkapannya, maka dikenal dengan beberapa sistem, diantaranya sistem panen tarik jaring trawl, sistem panen dengan pintu panen/drain gate, sistem panen seine net, dan sistem panen elektrik net (Marsen, 2010).

Pukat udang adalah jenis jaring berbentuk kantong dengan saaran tangkapannya udang. pukat udang dioperasikan di Indonesia setelah adanya larangan penggunaan trawl melalui KEPPRES No. 39 Tahun 1980. Pukat udang merupakan modifikasi dari alat penangkap trawl, dimana jaring ini berbentuk kerucut. Jaring dilengkapi sepasang papan pembuka mulut jaring dan Trurtle Excuder Device (TED). TED adalah alat pemisah untuk meloloskan penyu. Tujuan utamnya untuk menangkap udang dan ikan dasar yang dalam pengoperasannya menyapu dasar perairan dan hanya boleh ditarik oleh satu kapal motor (Ayodhyoa, 1983 dalam Kurniawan, 2011).

Pukat udang termasuk jenis trawl dasar peraran yang dimodifikasi khusus untuk menangkap udang sebagai hasil tangkapan utama. Bentuknya yang lebih kecil dan penggunaan tenaga mesin kapal yang lebih rendah merupakan salah satu perbedaan pukat udang dengan trawl udang lainnya. Selain itu, pada bagian antara kantong dan badan jaring pada pukat udang diberi alat tambahan bberupa saringan yang disebut By-catch Excluder Device (BED). BED berfungsi untuk menyaring dan memisahkan udang dengan biota lain yang tidak termasuk hasil tangkapan utama (Astuti, 2005).
BAB III
METODOLOGI

3.1   Materi Praktikum Lapang
3.1.1      Penyampaian Dari Pihak BBAP
Manajemen Pemeliharaan Induk
Pendahuluan :
1.   Indonesia terdiri dari Negara kepulauan yang sebagian besar adalah suatu perairan, oleh karena itu Indonesia memiliki sumberdaya alam yang snagat melimpah terutama ikan dan organism lainnya.
2.   Ikan kerapu termasuk ikan karang sedangkan Indonesia adalah wilayah tropis yang banyak ditumbuhi karang. Jadi perairan Indonesia merupakan habitat yang cocok untuk ikan kerapu.
3.   Ikan kerapu termasuk ikan ekonomis tinggi, termasuk ikan kerapu kertang dan kerapu tikus. Harga ikan kerapu kertangdan ikan kerapu tikus 1 kg dihargai 100-120 ribu.
4.   Prospek pengembangan ikan kerapu sangat besar karena banyak diminta oleh konsumen karena ikan kerapu termasuk jenis ikan yang memiliki protein tinggi.
5.   Namun dalam pembudidayaan ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus juga banyak menemui kendala, salah satunya yaitu masalah benih, karena induk kerapu kertang dan ikan kerapu tikus yang baik diperoleh langsung dari alam, sedangkan benih ikan kerapu hanya bisa didapat pada musim tertentu saja.
Elemen dasar dari produksi benih yaitu telur yang berkualitas, sebab telur yang berkualitas dapat mempengaruhi benih. Jika telur yang dihasilkan tidak berkualitas, maka benih yang dihasilkan akan cacat, sehingga bisa mempengaruhi proses pemasaran ke konsumen. Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus termasuk hewan hemaprodit protogini, yakni pemeliharaan dari betina menjadi jantan. Saat masih juvenile ikan kerapu berjenis kelamin betina, sedangkan saat menjelang dewasa ikan kerapu berubah menjadi jantan. Kondisi seperti ini bertujuan untuk mempertahankan kondisi fungsi kelamin, selain itu juga untuk pengendalian genetik.
·      Pengelolaan Induk
1.   Seleksi Induk
Induk yang dipilih harus memenuhi kriteria, diantaranya yaitu bagus dari alam. Sehat tidak cacat secara morfologinya, standart ukuran fiks minimal 1,5 kg. untuk ukuran kerapu kertang dan ikan kerapu tikus minimal 6 kg. selain criteria di atas juga harus dilakukan pengamatan gonad, agar telur yang dihasilkan berkualitas sehingga berpengaruh juga terhadap benih yang dihasilkan.
2.   Persiapan Bak
Diantara persiapan bak, yaitu:
Ø Pencucian bak
Ø Setting aerasi
Ø Filtrasi air laut
Ø Pengisian air laut
3.   Seleksi Penetasan telur
Ø Pemanenan telur
Ø Penampung dalam akuarium
Ø Didiamkan untuk perkembangan telur
Ø Penyimpanan telur yang jelek
Ø Perhitungan telur
4.   Transportasi Telur
Jenis pakan untuk ikan kerapu kertang adan ikan kerapu tikus adalah :
Ø Egg yolk (kuning telur)
Makanan ikan pada saat ikan kerapu masih kecil atau setelah menetas dari telur
Ø Pakan buatan
Contohnya : pellet. dll
Ø Rotifera
Untuk ikan kerapu yang masih benih.
Ø Artemia
Ø Rebon
Benih kerapu bersifat kanibal. Fase kritis terjadi pada saat terjadi perubahan bentuk kelamin. Kandungan protein pakan ikan harus berbeda dengan kandungan protein pakan udang. Kandungan protein pakan ikan harus lebih tinggi.
·      Pemeliharaan Induk
Ø Pada kolam pemeliharaan induk dilengkapi inlet dan outlet yang bertujuan untuk mempermudah mengganti air. Agar air masih terjaga kebersiihannya.
Ø Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus diberi makan 1 kali sehari yaitu di pagi hari.
Ø Pemberian makan sebesar 3 % dari berat tubuh total
Ø Induk ikan kerapu dipelihara di bak bulat besar
Ø Pembersihan bak setiap 10 hari sekali, untuk menjaga kebersihan agar ikan tidak mudah diserang penyakit dan parasit.
Ø Teknik pemijahan ikan terdiri dari : hormonal, manipulasi lingkungan, gabungan hormonal dengan manipulasi lingkungan
·      Metode Kegiatan Produksi
Ø Persiapan bak
Ø Seleksi penetasan telur
Ø Transportasi telur

3.1.2     Data lapang yang Diamati
Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus yang indukan ditempatkan pada kolam bulat yang berukuran sangat besar dan dalam, di dalam kolam diberi pipa besar. Inlet sebagai media masuknya air yang bervolume besar sehingga menimbulkan arus dan tambahan oksigen terlarut pada kolam, sehingga semua ikan kerapu berada di bawah aliran masuknya air dari pipa.
Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus di BBAP Situbondo diberi makan 1 kali dalam waktu sehari, dengan presentase 3 % dari berat tubuhnya, jika ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus diberi makan, air di dalam kolam diturunkan 60 cm dari dorsalnya dengan sirkulasi 200% jadi perbandingannya 1:2. Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus termasuk hermaprodit protogini, pada berat 4 kg ke atas, ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus menjadi betina, kemudian pada berat 8 kg ke atas berubah menjadi jantan. Pada fase inilah ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus terjadi masa transisi.
Di Balai Budidaya Air Payau Situbondo, tempat pembudidayaan berupa bak atau kolam yang bulat besar dan tinggi. Ketinggian bak atau kolam dipengaruhi oleh suhu. Di daerah Situbondo termasuk daerah bersuhu tinggi, jadi kolam yang dibuat harus semakin tinggi atau dalam untuk menyesuaikan dengan suhu habitat ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus. Saat dilakukan pemijahan, ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus indukan dijadikan satu kolam, kolam yang ditempati ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus harus sesuai dengan habitat ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus, agar ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus bisa memijah dengan baik dan kualitas telur yang dihasilkan juga baik, kerana kolam harus dibersihakan 1 minggu sebelum dan sesudah melakukan pemijahan. Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus maksimal berumur 4 sampai 6 tahun. Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus yang baru umur setahun beratnya sekitar 400-800 gr. Pada saat sekitar 400 gr biasanya ikan kerapu untuk dikonsumsi. Pemijahan ikan kerapu ada 2 macam, yaitu secara alami dan dengan bantuan hormone.
Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus indukan atau dewasa diberi makan ikan sedangkan ikan kerapu yang masih benih diberi makan rotifer. Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus yang dibudidayakan kadang cacat pada tutup insang dan mulut. Cirinya yaitu bibir ikan berwarna merah karena bakteri, insang cacat apabila insang terbuka dan berwarna merah. Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus termasuk ikan ekonomis tinggi, 1 kg ikan kerapu diberi harga Rp 100.000,- sampai Rp 120.000,-. Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus termasuk ikan berprotein tinggi. Pada kolam pemeliharaan induk ikan kerapu diberi inlet dan outlet yang bertujuan untuk mempermudah mengganti air agar air masih terjaga kebersihannya.
Pengambilan data dibagi menjadi 2, yaitu data lapang dan data kelas :
·      Lapang       :  1 jam 45 menit (indukan, pembenihan, udang dan pakan alami)
·      Kelas          : 1 jam

3.2   Teknik Pengambilan Data
3.2.1      Observasi
Pada waktu melakukan praktikum lapang di Balai Budidaya Air Payau Situbondo, menggunakan metode observasi langsung ke lapang BBAP dan ditambah materi kelas tentang ikan kerapu yang telah kita amati di lapang, yaitu pada hari kamis, 12 Desember 2013 pukul 08.15-11.30 WIB.
3.2.2      Wawancara
Pada waktu melakukan praktikum lapang di Balai Budidaya Air Payau Situbondo, menggunakan metode wawancara dengan staff pekerja yang ada di bagian itu. Pada hari kamis, 12 Desember 2013 pukul 09.25-11.30 WIB
3.2.3      Dokumen
Pada waktu melakukan praktikum lapang di Balai Budidaya Air Payau Situbondo, menggunakan metode dokumen langsung ke lapangan yang bertujuan untuk mendokumentasi praktikum yang telah dilaksanakan. Pada hari kamis, 12 Desember 2013 pukul 09.25-11.30 WIB.
















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Hasil dan Pembahasan
Nama Umum Ikan      : Ikan Kerapu Macan
Nama Ilmiah               : Epinephelus fuscoguttatus
MORFOLOGI IKAN
1
a.    Bentuk Tubuh Ikan

b.    Bentuk dan Letak Mulut
c.    Bentuk Sirip Ekor
d.    Warna Ikan
a.   Bentuk tubuhnya agak rendah, moncong panjang memipih dan menajam.
b.    Maxillary lebar di luar mata, gigi pada   bagian sisi dentary 3 atau 4 baris.
c.    c.   Sirip ekor ikan kerapu berbentuk bundar.
d.    d.   Putih dengan totol-totol hitam.
2
Deskripsi singkat morfologi ikan
Ciri-ciri morfologi ikan kerapu macan antara lain bentuk tubuh pipih, yaitu lebar tubuh lebih kecil dari pada panjang dan tinggi tubuh, rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi yang lancip dan kuat, mulut lebar, serong ke atas dengan bibir bawah yang sedikit menonjol melebihi bibir atas, sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung tunggal dan memanjang dimana bagian yang berjari-jari keras kurang lebih sama dengan yang berjari-jari lunak, posisi sirip perut berada di bawah sirip dada, serta badan ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid.
KUALITAS AIR YANG BERPENGARUH

Diskripsi Singkat Kualitas Air yang Berpengaruh
salinitas antara 2,5-45,5 ppt dan air yang digunakan pada budidaya adalah air yang bersih.

TINGKAH LAKU KEBIASAAN MAKAN

Diskripsi Singkat Tingkah Laku Kebiasaan Makan
Ikan kerapu macan mencari makan dengan menyergap mangsa dari tempat persembunyiannya. Sebagai ikan karnivora, kerapu bersifat kanibalisme.

TINGKAH LAKU PEMIJAHAN

Diskripsi Singkat Tingkah Laku Pemijahan
Perkembangan gonad biasanya diamati dengan metode kanulasi, yakni dimasukannya selang kanula ke dalam saluran gonad (lubang genital). Didapatnya butiran telur pada selang kanula mencirikan induk betina telah matang gonad, sedangkan pada induk jantan, kematangan gonad dicirikan dengan keluarnyanya cairan putih susu atau sperma saat dilakukan pengurutan pada bagian perutnya.
TINGKAH LAKU PEMIJAHAN SECARA ALAMI

Diskripsi Singkat Tingkah Laku Pemijahan Secara Alami
Ikan kerapu macan hidup di daerah terumbu karang termasuk ikan demersal.
TINGKAH LAKU KHUSUS

Diskripsi Singkat Tingkah Laku Khusus Ikan Objek
Ikan kerapu macan bersifat karnivora.






Nama Umum Ikan      : Ikan Kerapu Tikus
Nama Ilmiah               : Cromileptes altivelis
MORFOLOGI IKAN
1
a.    Bentuk Tubuh Ikan
b.    Bentuk dan Letak Mulut
c.    Bentuk Sirip Ekor
d.    Warna Ikan
a.   Panjang, bulat pipih
b.   Moncong,panjang memipih dan menajam

c.   Sirip ekor membulat
d.   Abu-abu, berbintik
2
Deskripsi singkat morfologi ikan
Bentuk sisik sikloid, bagian dorsal dari kepala cekung, tidak mempunyai gigi taring, lubang hidung besar berbentuk bulan sabit vertical, sirip ekor membulat. Tubuhnya berwarna abu-abu berbintik hitam.
KUALITAS AIR YANG BERPENGARUH

Diskripsi Singkat Kualitas Air yang Berpengaruh
Suhu berkisar 29C dengan salinitas 30 ppt, dan air yang digunakan dalam budidaya harus bersig, jika suatu perairan atau kolam kotor dan keruh akan mempengaruhi pertumbuhan ikan kerapu kertang dan ikan kerapu akan mudah terserang penyakit.
TINGKAH LAKU KEBIASAAN MAKAN

Diskripsi Singkat Tingkah Laku Kebiasaan Makan
ikan ini mencari makan pada malam hari. Aktivitas ikan nocturnal mencari makan dimulai saat hari mulai gelap.
TINGKAH LAKU PEMIJAHAN

Diskripsi Singkat Tingkah Laku Pemijahan
Ciri induk yang siap memijah yaitu ikan menjadi lebih sensitive terhadap suara atau cahaya. Pada induk betina perutnya terlihat buncit, warna tubuhnya cerah dan pergerakannya lambat. Sedangkan induk kerapu tikus jantan pergerakannya lebih agresif dari pada induk betina.
TINGKAH LAKU PEMIJAHAN SECARA ALAMI

Diskripsi Singkat Tingkah Laku Pemijahan Secara Alami
Induk kerapu jantan akan bergerak mengikuti induk betina dan berenang bersama. Ikan dapat memijah dengan alami dan menghasilkan telur dengan kualitas yang bagus-bagus.
TINGKAH LAKU KHUSUS

Diskripsi Singkat Tingkah Laku Khusus Ikan Objek
Ikan kerapu memijah pada malam hari disebabkan ikan tersebut merupakan ikan demersal dan bersifat fototaksis negative (-) yaitu cenderung menjauhi cahaya

Nama Umum Ikan      : Ikan Kerapu Kertang
Nama Ilmiah               : Ephinepelus  lonceolatus 
MORFOLOGI IKAN
1
a.    Bentuk Tubuh Ikan
b.    Bentuk dan Letak Mulut
c.    Bentuk Sirip Ekor
d.    Warna Ikan
a.    Bentuk tubuh memanjang dan agak gilik.
b.    Moncong,panjang memipih dan menajam.

c.    Sirip ekor ikan kerapu berbentuk bundar.
d.    Warna bisa berubah tergantung kondisi, merah atau kecoklatan, sehingga disebut kerapu merah.
2
Deskripsi singkat morfologi ikan
Ikan kerapu kertang terdapat dari Genus Ephinephelus, dengan bentuk tubuh memanhang dan agak gilik, warna tubuhnya bisa berubah tergantung kondisi suatu perairan kadang merah atau kecoklatan. Bentuk sirip ekor bundar. Tubuh ditutupi oleh bintik-bintik berwarbna coklat atau kuning, merah atau putih.
KUALITAS AIR YANG BERPENGARUH

Diskripsi Singkat Kualitas Air yang Berpengaruh
Ikan kerapu merupakan ikan karang dan menyukai perairan yang bersih jika suatu perairan atau kolam kotor dan keruh akan mempengaruhi pertumbuhan ikan kerapu kertang dan ikan kerapu akan mudah terserang penyakit.
TINGKAH LAKU KEBIASAAN MAKAN

Diskripsi Singkat Tingkah Laku Kebiasaan Makan
Pada waktu air pasang mereka bergerak mencari mangsanya ke daerah yang lebih dangkal yang banyak dihuni ikan-ikan kecil, kemudian pada waktu air surut kembali ke tempat semula.
TINGKAH LAKU PEMIJAHAN

Diskripsi Singkat Tingkah Laku Pemijahan
Tanda-tanda induk betina sudah siap atau matang gonad dicirikan dengan perut yang semakin membesar, pergerakkan lambat dan cenderung miring, lubang genitial semakin membengkak dan memerah, warna tubuh terutama pada bagian insang putih memucat.
TINGKAH LAKU PEMIJAHAN SECARA ALAMI

Diskripsi Singkat Tingkah Laku Pemijahan Secara Alami
Secara alami ikan kerapu jantan akan memikat ikan kerapu betina dengan mengeluarkan suatu hormon, kemudian ikan mengajak ikan betina ke tempat pemijahan. Ikan kerapu jantan mengeluarkan sperma yang akan diterima oleh ikan kerapu betina, sehingga meleburlah antara sel sperma dan sel telur.
TINGKAH LAKU KHUSUS

Diskripsi Singkat Tingkah Laku Khusus Ikan Objek
Ikan kerapu merupakan ikan karang yang memiliki sifat karnivor dan kanibalisme.

Nama Umum Ikan      : Ikan Kerapu Batik
Nama Ilmiah               : Epinephelus microdon
MORFOLOGI IKAN
1
a.    Bentuk Tubuh Ikan
b.    Bentuk dan Letak Mulut
c.    Bentuk Sirip Ekor
d.    Warna Ikan
a.   Pipih
b.   Serong ke atas dengan bibir bawah yang sedikit menonjol melebihi bibir atas.
c.   Bundar
d.   Putih dengan totol-totol coklat
2
Deskripsi singkat morfologi ikan
Bentuk tubuh pipih, yaitu lebar tubuh lebih kecil dari pada panjang dan tinggi tubuh, rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi yang lancip dan kuat, mulut lebar, serong ke atas dengan bibir bawah yang sedikit menonjol melebihi bibir atas, sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung tunggal dan memanjang dimana bagian yang berjari-jari keras kurang lebih sama dengan yang berjari-jari lunak, posisi sirip perut berada di bawah sirip dada, badan ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid.
KUALITAS AIR YANG BERPENGARUH

Diskripsi Singkat Kualitas Air yang Berpengaruh
Suhu berkisar 29C dengan salinitas 30 ppt, dan pada suatu perairan atau kolam tempat ikan kerapu harus bersih, jika suatu perairan atau kolam kotor dan keruh akan mempengaruhi pertumbuhan ikan kerapu kertang dan ikan kerapu akan mudah terserang penyakit.
TINGKAH LAKU KEBIASAAN MAKAN

Diskripsi Singkat Tingkah Laku Kebiasaan Makan
Aktivitas ikan nokturnal mencari makan dimulai saat hari mulai gelap. Ikan-ikan tersebut digolongkan sebagai ikan soliter di mana a ktivitas makan dilakukan secara individu, gerakannya lambat cenderung diam dan arah gerakannya tidak begitu luas serta lebih banyak menggunakan indera perasa dan indera penciuman.
TINGKAH LAKU PEMIJAHAN

Diskripsi Singkat Tingkah Laku Pemijahan
Pada saat pemijahan, juga dibutuhkan suasana yang tidak berisik dan tenang.
TINGKAH LAKU PEMIJAHAN SECARA ALAMI

Diskripsi Singkat Tingkah Laku Pemijahan Secara Alami
karena seringnya terjadi hujan yang deras maka pemijahan ikan kerapu tikus yang berlangsung alami dapat terganggu namun pada umumnya Ikan kerapu tikus akan memijah sepanjang tahun
TINGKAH LAKU KHUSUS

Diskripsi Singkat Tingkah Laku Khusus Ikan Objek
Ikan kerapu merupakan ikan karang yang memiliki sifat karnivor dan kanibalisme.








Nama Umum Ikan      : Udang Vannamei
Nama Ilmiah               : Litopenaeus vannamei
MORFOLOGI IKAN
1
a.    Bentuk Tubuh Ikan
b.    Bentuk dan Letak Mulut
c.    Bentuk Sirip Ekor
d.    Warna Ikan
a.    Berbuku-buku
b.   

c.   
d.    Coklat
2
Deskripsi singkat morfologi ikan
mempunyai ciri khas yaitu: kaki jalan 1,2, & 3 bercapit dan kulit kitin.Udang penaeid termasuk crustaceae yang merupakan binatang air memiliki tubuh beruas-ruas, pada setiap ruasnya terdapat sepasang kaki.
KUALITAS AIR YANG BERPENGARUH

Diskripsi Singkat Kualitas Air yang Berpengaruh
suhu 26-28ºC, oksigen terlarut 5-7 mg/l, salinitas 35 ppt dan pada kolam airnya harus bersih, jika suatu perairan atau kolam kotor dan keruh akan mempengaruhi pertumbuhan ikan kerapu kertang dan ikan kerapu akan mudah terserang penyakit.
TINGKAH LAKU KEBIASAAN MAKAN

Diskripsi Singkat Tingkah Laku Kebiasaan Makan
karnivora yang memangsa berbagai krustasea renik amphipoda, dan polychaeta (cacing).
TINGKAH LAKU PEMIJAHAN

Diskripsi Singkat Tingkah Laku Pemijahan
induk betina berenang secara perlahan dalam badan air. Pada proses ini biasanya semua telur matang gonad dikeluarkan sekaligus. Begitu telur-telur keluar, induk betina mencampurkan telur-telur dengan sperma yang sudah menempel di thelycum dengan cara menghentakkan kaki-kaki renangnya (pereopoda). Telur-telur dikeluarkan oleh induk betina melalui lubang genitalia yang terletak pada coxa dari pereopoda ke-tiga, dan mengarah ke depan,sehingga telur-telur terkumpul di dalam rongga yang berada diantara coxa pada pereopoda ke-3 dan ke-4. Ceruk (rongga) itu disebut fertilization chamber. Didalam ceruk ini telur-telur bercampur sperma dan air, sehingga terjadi fertilisasi. Setelah fertilisasi, barulah telur keluar menyebar kedalam air disekitarnya.
TINGKAH LAKU PEMIJAHAN SECARA ALAMI

Diskripsi Singkat Tingkah Laku Pemijahan Secara Alami
induk betina berenang secara perlahan dalam badan air. Pada proses ini biasanya semua telur matang gonad dikeluarkan sekaligus. Begitu telur-telur keluar, induk betina mencampurkan telur-telur dengan sperma yang sudah menempel di thelycum dengan cara menghentakkan kaki-kaki renangnya (pereopoda). Telur-telur dikeluarkan oleh induk betina melalui lubang genitalia yang terletak pada coxa dari pereopoda ke-tiga, dan mengarah ke depan,sehingga telur-telur terkumpul di dalam rongga yang berada diantara coxa pada pereopoda ke-3 dan ke-4. Ceruk (rongga) itu disebut fertilization chamber. Didalam ceruk ini telur-telur bercampur sperma dan air, sehingga terjadi fertilisasi. Setelah fertilisasi, barulah telur keluar menyebar kedalam air disekitarnya.
TINGKAH LAKU KHUSUS

Diskripsi Singkat Tingkah Laku Khusus Ikan Objek
Ikan kerapu merupakan ikan karang yang memiliki sifat karnivor dan kanibalisme.

4.2.        Analisa Prosedur
            Pertama-tama, menyiapkan alat dan bahan yakni buku dan alat tulis untuk mencatat. Yang dilakukan dalam praktikum adalah mengamati dan mencatat secara langsung tingkah laku ikan pada masing-masing kolam. Kemudian mencatat penjelasan dari pemateri dan melakukan tanya jawab dengan pemateri maupun asisten praktikum.
Disana ada macam-macam kolam menurut kegunanaannya, seperti kolam untuk pembenihan udang, kolam untuk pembenihan ikan kerapu, kolam tempat pembesaran larva udang, kolam tempat pembesaran larva kerapu, kolam tempat memijah, dan masih ada yang lain.
Pada praktikum TLI kali ini para praktikan, asisten dan dosen menaiki bus sampai ke Situbondo, sesampainya disana kita istirahat sambil makan setelah itu kita semua langsung masuk ke aula untuk acara pembukaan dan dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh pihak BBAP Situbondo. Selain itu, diadakan sesi tanya jawab dan semua praktikan wajib merangkum materi yang sudah disampaikan.
Setelah dari aula dilanjutkan pengamatan lapang di 4 tempat, yaitu : kolam indukan, pembenihan, udang vanami dan pakan alami. Masing-masing kelompok dibagi menjadi 4 kelompok kecil dan masing-masing menyebar. Tiap-tiap kolam terdapat pihak BBAP yang siap menjawab pertanyaan dari praktikan. Dan dilanjutkan dengan pendokumentasian praktikum.
Setelah dari BBAP Situbondo dilanjutkan ke pantai pasir putih Situbondo. Setelah selesai semua kita kembali ke malang.


4.3.        Analisa Data Hasil Pengamatan
            Dari praktikum Tingkah Laku Ikan tentang Natural Behaviour yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil bahwa ikan yang dibudidayakan di BBAP Situbondo adalah Ikan Kerapu Macan, Ikan Kerapu Tikus, Ikan Kerapu Kertang, Ikan Kerapu Batik, dan Udang Vannamei.
Ciri-ciri dari ikan Kerapu Tikus adalah, bentuk sisik sikloid, bagian dorsal dari kepala cekung, tidak mempunyai gigi taring, lubang hidung besar berbentuk bulan sabit vertical, sirip ekor membulat. Tubuhnya berwarna abu-abu kehijauan terang dengan bintik-bintik hitam. Kebiasaan makan ikan kerapu tikus, dimana ikan ini mencari makan pada malam hari. Aktivitas ikan nocturnal mencari makan dimulai saat hari mulai gelap. Ikan kerapu memijah pada malam hari disebabkan ikan tersebut merupakan ikan demersal dan bersifat fototaksis negative (-) yaitu cenderung menjauhi cahaya. Ciri induk yang siap memijah yaitu ikan menjadi lebih sensitive terhadap suara atau cahaya. Kemudian induk kerapu jantan akan bergerak mengikuti induk betina dan berenang bersama. Alat tangkap yang biasanya digunakan pada penangkapan ikan karang salah satunya yaitu ikan kerapu yaitu dengan bubu (perangkap).
            Ciri-ciri morfologi ikan kerapu batik adalah bentuk tubuh pipih, rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi yang lancip dan kuat, mulut lebar, , sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung tunggal dan memanjang badan ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid. Morfologi ikan kerapu macan bentuk tubuhnya agak rendah, moncong panjang memipih dan menajam, maxillary lebar, gigi pada bagian sisi dentary 3 atau 4 baris, terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik hitam pada bagian dorsal dan posterior. Hidup pada kualitas air yang bersih jika dibudidayakan. Habitat aslinya di wilayah terumbu karang.
Udang penaeid termasuk crustaceae yang merupakan binatang air memiliki tubuh beruas-ruas, pada setiap ruasnya terdapat sepasang kaki. L.vannamei memendamkan diri dalam lumpur/pasir dasar kolam bila siang hari, dan tidak mencari makanan. Akan tetapi pada kolam budidaya jika siang hari diberi pakan maka udang vaname akan bergerak untuk mencarinya. Proses pemijahan hanya berlangsung kira-kira 2 menit saja pada L.vannamei, dimana proses ini terjadi ketika induk betina berenang secara perlahan dalam badan air. Pada proses ini biasanya semua telur matang gonad dikeluarkan sekaligus. Begitu telur-telur keluar, induk betina mencampurkan telur-telur dengan sperma yang sudah menempel di thelycum dengan cara menghentakkan kaki-kaki renangnya (pereopoda).





















BAB V
PENUTUP
4.4.        Kesimpulan
Dari praktikum Tingkah Laku Ikan tentang Natural Behaviour diperoleh kesimpulan bahwa :
·      Ikan kerapu macan, kerapu tikus, kerapu kertang, kerapu batik termasuk ke dalam family Serranidae.
·      Udang vaname termasuk kedalam family Penaeidae
·      Ikan kerapu merupakan ikan karang yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
·      Penangkapan ikan kerapu dapat dilakukan dengan mengguanakan alat tangkap pasif seperti bubu, pancing tarik ulur, dll.
·      Lingkungan yang baik untuk pemeliharaan ikan kerapu yaitu air yang bersih dan terjaga nilai salinitas, suhu dan kadar DOnya.
·      Dalam pemilihan benih harus teliti karena benih yang baik akan menjadi indukan yang baik juga.
·      Tingkah laku ikan kerapu pada umumnya fototaksis negative.
·      Tingkah laku udang vaname bersifat pemakan segalanya dan pemakan bangkai.
·      Tingkah laku pemijahan udang Vaname yaitu ketika akan memijah induk betina menempelkan telur-telurnya dengan sperma yang sudah menempel di thelycum.
·      Tingkah laku pemijahan ikan kerapu pada umumnya indukan akan menjadi lebih sensitif terhadap suara atau cahaya, dan induk jantan pergerakannya akan lebih agresif dari pada induk betina.
4.5.        Saran
            Saran untuk praktikum selanjutnya adalah agar informasi lebih diperjelas supaya tidak ada kesalahpahaman antara praktikan dengan asisten.





DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A. 2009. Estimasi Daya Dukung Terumbu Karang Berdasarkan Biomasa Ikan Kerapu Macan di Perairan Sulamadaha, Maluku Utara ( Suatu Pendekatan Pengelolaan ekologis ). Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Alfarico. 2012. Morfologi Ikan Kerapu. http://blogs.unpad.ac.id/alfarico/2012/02/13/Kerapu-tikus/. Diakses pada tanggal 16 Desember 2013 pukul 16.03
Aslianti, T, B. Slamet dan G.S. Prasetya. Aplikasi Budidaya Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) di Teluk Ekas Kabupaten Lombok Timur. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol PO Box. 140. Singaraja 81101, Bali dan Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Astuti, Maulina Evi. 2005. DIMENSI UNIT PENANGKAPAN PUKAT UDANG DAN TINGKATPEMANFAATAN SUMBERDAYA UDANG DI PERAIRAN LAUT ARAFURA.
Baskoro, M. S. 2011. Tingkah Laku Ikan Hubungannya dengan Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap. Lubuk Agung. Bandung.
Beksi, Andal. 2013. Teknik Pemeliharaan Kerapu Cantang di Bak Terkontrol. (http://andalbeksi.blogspot.com/2013/10/teknik-pemeliharaan-larva-kerapu.html, diakses 16 Desember 2013).
Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2013. PEMBENIHAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta.
Donny, Juliandri Prihadi. 2013. pengaruh jenis dan waktu pemberian pakan terhadap tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan kerapu macan ( Epinephelus fuscoguttatus ) dalam karamba jaring apung di balai budidaya laut lampung.Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran.
Effendi. 2002. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Elovaara, E.K. 2001. Cegah Bercak Putih (WSSV) yang Menyerang Udang di Tambak. IPB. Bogor.
Farabi, Ikbal. 2012. Teknik Pembenihan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscogutattus) di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP), Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. (http://ikbalfarabi007.blogspot.com/2012/06/pembenihan-ikan-kerapu-macan.html, diakses 16 Desember 2013)
Fauzi, A. 2006. Efisiensi Pengelolaan Tambak Udang. IPB. Bogor.
Fishbase.2013. http://www. fishbase.org/ summary/Epinephelus-lanceolatus .html. Diakses pada 22 Mei 2013.
Fitri, Aristi Dian Purnama dan Agus Suherman. 2003. Analisis Penangkapan Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) dengan Menggunakan Alat Bubu. Universitas Diponegoro: Semarang
Fitri, Aristi Dian Purnama. 2008. Respon Penglihatan Dan Penciuman Ikan Kerapu Terhadap Umpan Terkait Dengan Efektivitas Penangkapan. Institut Pertanian Bogor: Bogor
Fujaya, Yushinta. 2008. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Rineka Cipta. Jakarta.
Gani, P.R.M dan N. Abdulgani. 2009. Aspek Reproduksi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus sexfasciatus) di Perairan Glondonggede Tuban. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan. Institut teknologi sepuluh Nopember. Surabaya.
Google Image.2013.Gambar Ikan Kerapu Macan.www.googleimage.com.Diakses tanggal 18 Desember 2013 pada pukul 07.00 WIB
Hadisubroto, I. dan R. Djamal. 1992. Usaha Perikanan Pancing Tangan ( Kakap Merah dan Kerapu) di Desa Sungai teluk-Bawean. Jurnal pen. Perikanan Laut. No 68. Hal 37-47
Haliman RW, Adijaya DS. 2005. Teknik Pemberasan Udang Vannamei secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Ismi S, Nirmala Y A, Kusumawati D, Heru T .2012. Pendederan Benih Kerapu Sebagai Usaha Untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Pesisir. IPB,Bogor
Istrada, Tegar. 2013. Makanan dan Kebiasaan Makan pada udang. http://istradaboy.blogspot.com/2013/06/makanan-dan-kebiasaan-makan-pada-udang.html
Jaya, A. Bahari. 2013. Klasifikasi Ikan Kerapu Tikus. http://arthabaharijaya.blogspot.com/ikan-expor-kerapu-tikus. Diakses pada tanggal 16 Desember 2013 pada pukul 16.07 WIB
Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan. 2012. Budidaya Udang Vaname. (Littopenaeus vannamei) yang terdiri dari 5 ruang lingkup yaitu Biologi udang vaname, Persiapan pemeliharaan, Penebaran benur, Pengelolaan pakan dan air media pemeliharaan, dan Panen.
Kurniawan. 2011. PAPER METODE PENANGKAPAN IKAN Pukat Udang (shrimp trawl).
Mariskha, Putri Ratna dan Nurlita Abdulgani. 2012. Aspek Reproduksi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus sexfasciatus) di Perairan Glondonggede Tuban. JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya
Marsen, Rico. 2010. PROSES PEMANENAN UDANG PUTIH.      http://ricomarsen.wordpress.com/2010/04/06/proses-pemanenan-udang-putih/
Negara, I Ketut Wija. 2013. Kerapu Tikus. (http://uangikan.blogspot.com/2013/04/kerapu-tikus.html, diakses pada 16 Desember 2013)
Nuraini, Siti dan Sri Turni Hartati.2006. JENlS lKAN KERAPU (SERRANIDAE) TANGKAPAN BUBU DI PERAIRAN TELUK SALEM, SUMBAWA. Prosiding Seminar Nasional Ikan IV Jatiluhur
Putri, D.I.L ., A. Tumulyadi dan Sukandar. 2013. Tingkah Laku Pemijahan, Pembenihan, Pembesaran Ikan Kerapu Tikus  (Cromileptes Altivelis) Di Balai Budidaya Air Payau Situbondo. Pspk Student Journal. 1(1):11-15. Universitas Brawijaya
Rahman, Aditya. 2005. Litopenaeus vannamei. IPB. Bogor.
Ratna, Ayu. 2011. Tingkah Laku Ikan dan Penangkapan. Universitas Hasanudin. Sulawesi Selatan.
Riyanto , Mochammad, Ari Purbayanto dan Budy Wiryawan. 2013. EFEKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN KERAPU MACAN ( Epinephelus fuscoguttatus ) DENGAN BUBU MENGGUNAKAN UMPAN BUATAN. Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK Institut Pertanian Bogor (IPB) Kampus IPB Dramaga Bogor.
Riyanto, Mochammad. 2008. Rspon Penciuman Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscogutattus) Terhadap Umpan Buatan. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Septinawati, atmirah dan W. Tjahjaningsih. 2010. Manajemen Pembesaran Kerapu Tikus (cromileptes altivelis) Di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara Jawa Tengah. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 2(1).
Soesanto, T.B. 2009. Analisis Usaha Budidaya Pendederan Kerapu Macan di Bak Beton. Pusat Teknologi Produksi Pertanian. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Sugama , Ketut, Michael A. Rimmer, Suko Ismi,Isti Koesharyani, Ketut Suwirya, N.A. Giri dan Veronica R. Alava. 2013. Pengelolaan Pembenihan Kerapu Macan ( Epinephelus Fuscoguttatus). Jakarta. ACIAR.
Syafrenal. 2011. Reproduksi Udang Putih (Litopenaeus vannamei). http://tuturanbermakna.wordpress.com/2011/04/29/reproduksi-pada-udang-putih-litopenaeus-vannamei/
Tarwiyah, 2001. Pembenihan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscogutattus). Direktorat Bina Pembenihan, Direktorat Jendral Perikanan, Departemen Pertanian: Jakarta.
Tiyoso, S. J, A. muhariyanto, D. Krisunari, dan Y. Astuti. Pengkajian Adaptasi Teknologi Budidaya Ikan Kerapu. Prosiding Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian/Pengkajian BPTP Jawa Timur
Unit Pelaksana Teknis (UPT),2011. Teknik Hibridisasi  Ikan Kerapu Macan (Epinephelus Fuscoguttatus) Dengan Ikan Kerapu Kertang (Epinephelus Lanceolatus). Dirjen Perikanan Budidaya KKP,BBAP Situbondo.
Utama, F. W. 2008. Analisis Kelayakan usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan di Pulau Panggang, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Widodo M. S.2006. Deferensiasi Gonad/Seks (Hermaprodit Protogyni) pada Ikan Kerapu Kertang(Ephinepelus Lanceolatus) pada Kisaran Berat Tubuh yang Berbeda di Perairan Tanjung Luar. Jurusan Perikanan Universitas Brawijaya, Malang.
Zulkifli, AK, M. Nasir U, T.Iskandar,  Mukhlisuddin, A. Azis, Yulham, Bahrum, Cut Nina H, Amir Y, Baharuddin dan Zuardi E. 2000.Rakitan Teknologi Budidaya Kerapu Dalam Keramba Jaring Apung (KJA). LPTP  Banda  Aceh.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar