BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tingkah laku ikan adalah adaptasi tubuh ikan terhadap
pengaruh lingkungan internal dan eksternal. Yang termasuk pengaruh lingkungan
eksternal adalah oksigen, cahaya, salinitas dan faktor lingkungan lainnya. Yang
termasuk faktor internal adalah kematangan gonad dan pertumbuhan (Baskoro,
2011).
Menurut
Fujaya (2008), dengan mengetahui tingkah laku ikan maka dapat menunjang
keberhasilan teknologi perikanan. Mislnya di bidang teknik penangkapan ikan.
Dewasa ini mulai digunakan lampu-lampu untuk mengumpulkan ikan atau light
fishing. Teknik ini ddasarkan pada tingkah laku ikan yang fotosintesis positif.
Mempelajari
tingkah laku ikan sangat penting terutama bagi penangkapan dan budidaya. Di
bidang penangkapan, tingkah laku ikan digunakan untuk menentukan efektifitas
alat tangkap. Sedangkan di bidang budidaya dapat diaplikasikan pada pemberian
pakan dan pemijahan.
1.2
Maksud
dan Tujuan
Maksud dari
praktikum Tingkah Laku Ikan tentang Natural Behavior adalah mahasiswa dapat
mengetahui dan menjelaskan tingkah laku ikan mulai dari awal menetas, tingkah
laku saat pembesaran, dan tingkah laku pada waktu pemijahan.
Tujuan dari
praktikum Tingkah Laku Ikan tentang Natural Behavior adalah mengetahui tingkah
laku ikan mulai awal menetas, tingkah laku saat pembesaran dan tingkah laku
pada waktu pemijahan.
1.3
Waktu dan
Tempat
Praktikum Tingkah
Laku Ikan tentang Natural Behavior dilaksanakan pada kamis, 12 Desember 2013
pukul 08.00-12.00 WIB. di Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo, Jawa Timur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Ikan
Kerapu Macan
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan
Menurut Adrim et al (2004) dalam Ahmad (2009), klasifikasi ikan kerapu macan digolongkan pada:
Class :
Chondrichthyes
Sub class : Ellasmobranchii
Ordo :
Percomorphi
Divisi :
Perciformes
Family :
Serranidae
Genus : Epinephelus
Species :
Ephinephelus fuscoguttatus (Forsskal,
1775)
![]() |
Gambar 1.
Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus
fuscoguttatus )
(Google
image, 2013)
Morfologi ikan kerapu macan bentuk
tubuhnya agak rendah, moncong panjang memipih dan menajam, maxillary lebar di
luar mata, gigi pada bagian sisi dentary 3 atau 4 baris, terdapat bintik putih
coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik hitam pada bagian dorsal dan
posterior. Habitat benih ikan kerapu macan adalah pantai yang banyak ditumbuhi
algae jenis reticulate dan Gracillaria sp., setelah dewasa hidup di
peraran yang lebih dalam dan pada daerah terumbu karang.
Menurut Utama (2008), klasifikasi ikan
kerapu macan adalah sebaga berikut :
Class :
Chondrichthyes
Sub class : Ellasmobranchii
Ordo :
Percomorphi
Divisi :
Perciformes
Famili :
Serranidae
Genus :
Epinephelus
Species :
Epinephelus fusguttatus
Ikan kerapu macan (Epinephelus fusguttatus)
adalah ikan yang hidup di ekosistem terumbu karang. Bentuk tubuhnya agak
rendah, moncong panjang, memipih dan menajam, terdapat bintik putih coklat pada
kepala badan dan sirip, bintik hitam pada bagian dorsal dan posterior. Habitat
ikan kerapu macan adalah pantai yang benyak alga dan karangnya. Setelah dewasa
hidup di perairan yang lebih dalam dengan dasar terdiri dari pasir berlumpur.
Ikan kerapu macan termasuk jenis karnivora dan cara makannya mematuk makanan
yang diberikan sebelum makanan sampai ke dasar. Pakan yang paling disukai jenis
crustacea. Selin itu jenis ikan-ikan pelagis kecil (tembang, teri, dan
belanak).
Ciri-ciri morfologi ikan
kerapu macan antara lain bentuk tubuh pipih, yaitu lebar tubuh lebih kecil
daripada panjang dan tinggi tubuh, rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi
yang lencip dan kuat, mulut lebar, serong ke atas dengan bibir bawah yang
sedikit menonjol melebihi bibir atas, sirip ekor berbentuk bundar, sirip
punggung tunggal dan memanjang dimana bagian yang berjari-jari keras kurang
lebih sama dengan yang berjari-jari lunak, posisi sirip perut berda di bawah
sirip dada, serta badan ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid (Wardana,
1994 dalam Gani dan Abdulgani, 2009).
2.1.1 Ekologi Ikan
2.1.1.1
Hatchery
Ukuran benih ikan kerapu macan yang siap untuk didederkan
pada umumnya berukuran 1 inchi. Benih yang baru tiba setelah mengalami
perjalanan jarak jauh umumnya berada dalam kondisi lemah, warna tubuhnya lebih
gelap dan pucet, statis dan melayang mengikuti gerakan air, mulut dan tutup
insang terbuka. Untuk mencegah kematian massal, biasanya dilakukan tindakan
mengapungkan kentong plastik yang berisi benih di permukaan air dalam bak beton
hingga suhu air dalam kentong plastik dan suhu air dalam bak beton sama.
Setelah itu dilanjutkan dengan memasukkan air laut ke dalam kantong plastik
yang dipergunakan untuk mengengkut ikan secara perlahan-lahan untuk
menyesuaikan kadar garam dalam air. Hal ini bertujuan agar ikan tidak mengalami
stress akibat adanya perbedaan suhu dan salinitas air laut di dalam plastik dan
bak beton, biarkan selama 30 menit, baru benih ikan tersebut dikeluarkan
semuanya dari kantong plastik. Usahakan agar pemindahan benih ini berlangsung
pagi atau sore hari (Soesanto, 2009).
Menurut Tiyoso, et. al. (2013), dengan memperlihatkan sifat ikan kerapu yang
ditengarai lebih suka hidup di dasar perairan (bentik), mengelompok, bersembunyi,
ikan kerapu mampu menyesuaikan besarnya tingkat konsumsi, oksigen dengan
kandungan oksigen perairan tenpat ia hidup (Chua dan Teng, dkk. 1978), maka
padat penebarannya mampu relatif tinggi. Misalnya padat penebaran pada uji coba
supito (1998) 25 m2 dengan ukuran benih 13 g/ekor.
2.1.1.2
Nursery
Menurut Tiyoso, et. al (2013), ikan kerapu lumpur atau
ikan kerapu macan dapat dibudidayakan di tambak. Karena kisaran salinitas
tambak masih dalam batas ideal untuk budidaya ikan kerapu. Kerapu mempunyai
batas toleransi salinitas antara 2,5-45,5 ppt. Salinitas yang ideal adalah
antara 15-32 ppt. Pertumbuhan ikan kerapu yang tercepat terjadi pada kisaran
salinitas 15-26 ppt.
Air yang keruh banyak mengandung
pertikel-partikel air laut yang dapat menyumbat insang ikan mengganggu
pernafasan dan berlanjut dengan kematian. Selain itu, kondisi perairan dengan
pola arua yang tidak tenang dapat mengakibatkan ikan stress sehingga tidak
mempunyai nafsu makan. Hal ini berdampak negatif terhadap vitalitas tubuh ikan
yang menjadi lemah. Di samping itu, kepadatan ikan yang cukup tinggi, sementara
kedalamn jaring tidak sesuai, sehingga ikan yang berdaa di dasar jaring apabila
terkena goncangan gelombang sering terlipat dan terperangkap serta terjadi
benturan diatara sesama ikan ynag dapat mengakibatkan luka. Ikan yang luka dan
dalam kondisi lemah akibat stress akan mudah diserang penyakit lalu mati dalam
jumlah yang cukup tinggi (Aslianti, dkk., 1996).
2.1.2 Food and Feeding Habit Ikan
Disamping
kebutuhan protein pakan, jumlah pakan yang diberikan memegang penting dalam
efektivitas penggunaan pakan. Penyediaan pakan buatan yang tidak sesuai dengan
jumlah dan kualitas yang dibutuhkan ikan menyebabkan laju pertumbuhan ikan
menjadi terhambat (Sukadi, 2003 dalam Marzuqi, 2012).
Jenis ikan kerapu macan umumnya termasuk ikan buas,
karena mereka umumnya merupakan predator yang senantiasa aktif mencari makan ,
utamanya pada malam hari. Jenis mangsa dari ikan ini adalah jenis kepiting,
jenis – jenis crustacea, gastropoda, serta plankton (Baskoro,2011).
2.1.3 Tingkah Laku Pemijahan
Bila waktu memijah tiba,
ikan jantan dan betina akan berenang
bersama-sama dipermukaan air.
Pemijahan terjadi pada malam hari,
antara pukul 18.00 sampai pukul
22.00. jumlah telur yang dihasilkan tergantung
dari berat tubuh betina, contoh betina berat 8 kg dapat menghasilkan telur 1.500.000 butir.
Telur yang telah dibuahi bersifat "non adhesive" yaitu telur yang satu tidak melekat pada
telur yang lainnya (Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan
dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2013).
Indukan kerapu macan dibiarkan untuk memijah secara alami dalam
tangki.Pemijahan umumnya terjadi pada malam hari (antara jam 9 malam – 3
pagi),Pemijahan berlangsung selama tiga sampai enam malam setiap bulan selama fase
bulan baru. Di Bali pada
bulan Juli dan Agustus, angin
dingin selatan menyebabkan suhu air turun menjadi sekitar 25° C. Selama periode ini, indukan
kerapu macan biasanya berhenti memijah. Kalaupun
indukan tersebut memijah selama periode ini, telur yang dihasilkan hanya sedikit dan kualitasnya rendah
sehingga tidak dapat digunakan untuk produksi pembenihan (Sugama, 2013).
Ikan kerapu macan termasuk
dalam jenis ikan yang hermaprodit protogini. Hermaprodit protogini
merupakan keadaan dimana
proses diferensiasi gonadnya berjalan dari fase
betina ke fase jantan. Ikan ini memulai siklus reproduksinya sebagai
ikan betina yang berfungsi kemudian berubah
menjadi ikan jantan yang berfungsi. Perubahan kelamin ini dipengaruhi oleh ukuran, umur, dan jenisnya (Mariskha, 2012).
2.1.4 Metode Penangkapan yang sesuai
lkan
kerapu rnerupakan kelornpok ikan
pemangsa yang hidup pada perairan karang. lkan kerapu rnudah tertangkap dengan pancing rawe atau bubu (Nuraini, 2006).
Kerapu macan ( Epinephelus fuscoguttatus) umumnya
ditangkap denganmenggunakan bubu, pancing,
tombak, bahan peledak, dan bahan kimia beracun seperti potassium sianida.
Kedua cara penangkapan yang terakhir merupakan
cara yang efektif,namun menimbulkan dampak yang merugikan terhadap kelestarian ekosistem terumbukarang dan
sumberdaya ikan (Riyanto, 2013).
Ikan kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) merupakan salah satu jenis ikan karang konsumsi yang
memiliki nilai ekonomis tinggi. Umumnya ikan kerapu macan ditangkap
dalam keadaan hidup. Upaya untuk mendapatkan ikan E. fuscoguttatus hidup
yakni dengan menggunakan alat penangkapan ikan yang bersifat pasif yang
disertai umpan sebagai atraktan untuk mempercepat proses penangkapan (Brandt, 1984; Gufron, 2005 dalam Fitri, 2011).
2.2
Ikan
Kerapu Tikus
2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan
Menurut Jaya (2013),klasifikasi
ikan kerapu tikus adalah sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Class : Osteichtyes
Sub class : Actinopterigi
Ordo : Percomorphi
Sub ordo : Percoidea
Family : Serranidae
Genus : Cromileptes
![]() |
Species : Cromileptes altivelis
Gambar 2. Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis)
(Google Image, 2013)
Menurut Kordi (2001) dalam Putri et. al
(2013), ikan kerapu tikus ini bertumbuh agak pipih dan warna dasar kulit
tubuhnya abu-abu dengan bintik-bintik hitam di seluruh permukaan tubuh. Kepala
berukuran kecil dengan moncong agak meruncing. Karena kepala yang kecil mirip
bebek. Maka jenis ini populer sebagai kerapu bebek. Namun, ada pula yang
menyebutnya sebagai kerapu tikus karena bentuk moncongnya yang meruncing
menyerupai moncong tikus. Ikan kerapu tikus digolongkan sebagai ikan konsumsi
bila bobot tubuhnya telah mencapai 0.5 – 2 kg/ekor.
Menurut Wardana (1994) dalam Alfarico (2012), ciri-ciri
morfologi ikan kerapu tikus adalah sebagai berikut :
- Bentuk tubuh pipih, yaitu lebar tubuh lebih kecil daripada panjang dan tinggi tubuh.
- Rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi yang lancip dan kuat.
- Mulut lebar, serong ke ats dengan bibir bawah yang sedikit menonjol melebihi bibir atas.
- Sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung tunggal dan memanjang dimana bagian yang berjari-jari keras kurang lebih sama dengan yang berjari-jari lunak.
- Posisi sirip perut berada di bawah sirip dada.
- Badan ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid.
2.2.2 Ekologi Ikan
2.2.2.1 Hatchery
Tingkah laku ikan kerapu tikus pada pemeliharaan
dibudidaya tidak jauh berbeda dengan habitat aslinya. Balai budidaya air payau
membuat manipulasi lingkungan yang benar-benar sesuai dengan habitat asli ikan
kerapu tikus. Pada pembenihan. Larva bersifat pelagis. Seiring dengan
pertumbuhannya, ikan kerapu tikus hidup di dasar permukaan dimana pada habitat
aslinya, daerah terumbu karang merupakan tempat tinggal bagi ikan. Sehingga
ikan kerapu tikus mencari mangsa di sekitar terumbu karang. Ikan kerapu jantan
akan bergerak mengikuti ikan kerapu betina dan berenang bersama. Telur yang
dihasilkan berkisar 100.000-300.000. masa inkubasi telur 18-20 jam dengan
tingkat penetesan 80% dan survival rate 5 %. Larva kerapu tikus bersifat
pelagis, pemberian pakan disesuaikan dengan bukaan mulut larva. Faktor
lingkungan yang dibutuhnkan pada pengamatan larva yaitu : suhu 29oC,
pH 7, slinitas 32 ppt, dan nilai amoniak < 0,01 ppm (Putri et. al., 2013).
Aklimatisasi yang dilakukan oleh BBPBAP Jepara adalah
dengan menampung benih dalam wadah yang telah diisi dengan air tambak selama
3-5 menit, kemudian aktivitas gerakbenih diamati. Bila benih aktif bergerak,
benih dipindahkan ke tambakyang telah disekat. Selain itu, kegiatan lain yang
dilakukan pada awal penebaran adalah pengambilan contoh ikan kerapu tikus untuk
diukur berat dan panjang awalnya (Septinawati dan Tjahjaningsih, 2010).
Ukuran benih budidaya bervariasi tergantung pada tahapan
budidaya yang dilakukan, bila ingin memulai dari tahp pendederan, benih
sebaiknya berukuran berkisar 3 – 5 cm. Untuk kegiatan penggelondongan, ukuran
benih 10-15 cm. Benih untuk pembesaran dimulai pada ukuran 20-25 cm. Benih yang
digunakan bisa diperoleh dengan beberapa cara. Yakni menangkap langsung dari
alam, membeli di nelayan penngkap/hatcheri, atau membenihkan sendiri. Benih
terbaik adalah benih hasil pembenihan. Baik dibeli maupun melakukan pembenihan
sendiri. Benih hasil pembenihan berjumlah banyak, ukuran lebih seragam, dan
kualitasnya terjamin (Negara, 2013).
2.2.2.2 Nursery
Pergerakan ikan kerapu tikus pada keramba terbatas hanya
mengelilingi kolam saja dan berdiam di dasar kolam. Peningkatan gerakan terjadi
saat pemberian pakan. Ikan kerapu tikus makan dengan menyambar ikan segar yang
diberikan. Lingkungan ikan yang ada di karamba jaring apung (KJA) lebih
menguntungkan baik bagi ikan itu sendiri maupun bagi pemilik karamba karena
penempatannya di laut sesuai dengan habitat ikan kerapu tikus. Pembesaran ikan
kerapu tikus di karamba jaing apung dipelihara mulai ukuran 10 cm pada masa
pemeliharaan 15 bulan. Pemberian pakan dilakukan 1 kali sehari berupa ikan
selar kuning serta pemberian vitamin C yang dilakukan seminggu sekali. Ikan
kerapu tikus makan dengan menyergap pakannya sebelum sampai ke dasar jaring.
Suhu di karamba berkisar 29-31oC dengan slinitas 33 ppt. Jenis
penyakit yang potensi mengganggu disebabkan oleh parasit (Putri, et. al., 2013).
Menurut Komarudin (2005) dalam
Septinawati dan Tjahjaningsih (2010), bahwa tahap pemeliharaan kerapu tikus
setelah pendederan adalah tahap pembesaran, dimana tahap ini dilakukan selama
16-18 bulan. Pada tahap ini BBPBAP melakukan penjarangan atau pengurangan padat
ltebar dari 200 ekor/ m menjadi 15 ekor/m. Pada tahap pembesaran dilakukan
penjarangan atau pengurangan padat tebar dari 200 ekor/m menjadi 5-10 ekor/m.
Pembesaran ikan kerapu tikus dapat dilakukan di KJA
seperti halnya jenis ikan kerapu lainnya. Ukuran rakit dan karamba yang
digunakan disesuaikan dengan kebutuhan target produksi dan ukuran ikan yang
akan dibudidayakan. Adapun kerangka rakit yang digunakan sebaiknya berukuran 5
x 5 m dengan ukuran jaring 2 x 2 m (Negara, 2013).
2.2.3 Food and Feeding Habit Ikan
Ikan kerapu termasuk ikan karnivora yang buas dan rakus,
hidup menyendiri atau kelompok-kelompok kecil pada perairan terumbu karang dan
beberapa di daerah estuaria serta menyukai naungan sebagai tempat bersembunyi
(Beksi, 2013).
Ikan kerapu memiliki kebiasaan makan pada siang hari dan
malam hari. Namun, lebih aktif pada waktu fajar dan senja hari (Sudjiharno, et. al. 1989; Maryati 2004 dalam Riyanto, 2008).
Menurut Tarwiyah (2001), ikan kerapu termasuk jenis karnivora dan cara
makannya “mencaplok” satu persatu makan yang diberikan sebelum makanan sanpai
ke dasar. Pakan yang paling disukai jenis krustasea (rebon, dogol dan krosok),
selain itu jenis ikan-ikan (tembang, teri dan belanak).
2.2.4 Tingkah Laku Pemijahan
Ikan betina yang telah dewasa bila akan memijah mendekati jantan. Bila waktu
memijah tiba, ikan jantan dan betina akan berenang bersama-sama di permukaan
air. Pemijahan terjadi pada malam hari, antara pukul 18.00 sampai pukul 22.00
(Tarwiyah, 2001).
Menurt Putri et. al., (2013),
untuk melakukan pemijahan, ikan kerapu membutuhkan salinitas antara 28-32 ppt,
dengan suhu antara 27oC-30 oC. Ikan kerapu memijah disaat
gelap yaitu ketika bulan tiadak bersinar terang. Biasanya berlangsung antara
tanggal 25 hingga tanggal 5 berikutnya (bulan arab).
Di habitat aslinya ikan kerapu melakukan pemijahan pada malam hari, yakni
pukul 8 malam hingga pukul 3 pagi. Biasanya kerapu jantan akan berenang
berputar mengikuti kerapu betina. Setelah kerapu betina mengeluarkan telurnya,
kerapu jantan akan mengeluarkan spermanya tersebut (Subyakto dan Cahyaningsih,
2005 dalam Farabi, 2012).
2.2.5 Metode penangkapan yang sesuai
Guna menyelamatkan dan mendayagunakan sumber kekayaan
alam, maka pengembangan budidaya ikan kerapu tikus dilakukan secara serius dan
usaha pembesarannya dilakukan dengan menggunakan keramba jaring apung di laut
(Negara, 2013).
Menurut Fitri (2008), bubu termasuk ke dalam jenis perangkap
yang sering digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan karang.
Alat bubu digolongkan sebagai alat perangkap yang
digunakan untuk menangkap ikan, dengan seperti kurungan dengan prinsip menjebak
pada ikan yang sedang mencari tempat berlindung, agar terperangkap di dalamnya
dan tidak dapat keluar lagi (Fitri dan Agus, 2003).
2.3
Ikan
Kerapu Kertang
2.3.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan
Menurut
fishbase (2013), klasifikasi kerapu kertang yaitu :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Serranidae
Genus : Ephinephelus
Species : Ephinepelus
lonceolatus
![]() |
Gambar 3. Ikan
Kerapu Kertang (Ephinepelus lonceolatus)
(Google image, 2013).
Badan ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid. Ikan
kerapu genus Ephinephelus tubuh ditutupi oleh bintik-bintik berwarna coklat
atau kuning, merah atau putih, tinggi badan pada sirip punggung pertama
biasanya lebih tinggi dari pada sirip dubur. Sirip ekor berbentuk bundar
(Darwisito, 2002 dalam Widodo, 2006).
Bentuk memanjang dan agak gilik. Warna bisa berubah tergantung kondisi merah atau
kecoklatan. Sehingga disebut kerapu merah. Pada tubuhnya mempunyai
bintik-bintik berwarna biru dengan tepi gelap. Mempunyai 6 pita berwarna gelap.
Memiliki bintik berwarna seragam. Kdang-kadang tidak seragam. Hidup di perairan
berkarang. Ukuran konsumsi 0.5-2 kg (Zulkifli et.al., 2000).
2.3.2 Ekologi Ikan
2.3.2.1 Hatchery
Metode penanganan hasil tangkapan dilakukan
sesuai dengan ukuran benih hasil tangkapan. Benih ukuran gelondongan (5-10 cm),
sebelum dipelihara ke KJA, terlebih dahulu direndam dalam
air yang mengandung antiseptik /antibiotik. Perlakuan ini brtujuan untuk
mencegah infeksi bakteri akibar goresan-goresan pada tubuh waktu pemindahan.
Sedangkan penangkapan benih perlu disortir terlebih dahulu, kemudian pendederan
dilakukan dalam hapa. Pendederan ini memerlukan waktu antara 30 - 45 hari hingga mencapai ukuran gelondongan (5 - 7 cm). Sebelum benih ditebar, sebaiknya benih diberikan desinfektan agar
benih bebas dari toleran penyakit. Caranya benih direndam dalam larutan
formalin dengan dosis 15 – 25 ppm (kira-kira 1 sendok makan per 250 – 400 liter
air) selama 45 – 60 menit (Zulkifli, et.
al., 2000).
Pembenihan kerapu biasanya hanya memelihara larva dalam
satu siklus. Produksi hingga siap jual dengan ukuran 3 cm dengan lama
pemeliharaan 60 hari. Akan tetapi, pada pemeliharaan benih kerapu di KJA dengan
ukuran awal 3 cm mepunyai resiko yang cukup tinggi karena banyak mengalami
kematian dan memerlukan resiko yang cukup tinggi karena banyak mengalami kematian
dan memerlukna waktu pemeliharaan yang cukup lama hingga mencapai ukuran
konsumsi. Untuk memepercepat perputaran usaha diperlukan kegiatan pendederan
yaitu pemeliharaan benih dari ukuran 3 cm hingga ukuran 5 – 7 cm (Ismi, et. al., 2012).
2.3.2.2 Nursery
Ukuran beih ditebar harus sesuai dengan
ukuran mata jaring, sehingga benih tidak lolos dari keramba. Karena kerapu
bersifat kanibal, maka keseragaman benih dalam satu keramba sangat perlu
diperhatikan. Padat tebar yang dilakukan adalah 25-50 ekor/m2
(ukuran 25-30 gr/ekor). Padat tebar ini dapat dipertahankan sampai ukuran
konsumsi (400-1200 gr). Penebaran dilakukan pada pagi hari atau sore hari dan
bersamaan penebaran benih dilakukan pada pagi hari atau sore hari dan
bersamaan. Penebaran benih perlu diadaptasi dengan lingkungan baru (Zulkifli et.al., 2000).
Benih ikan yang sudah mencapai ukuran 50-75
g/ekor dengan panjang 15 cm atau lebih dari hasil pendederan, selanjutnya dipelihara dalam kurungan pembesaran yang
memiliki lebar mata jaring 25-50 mm (1-2 inchi) dengan kepadatan 15-25 ekor/m3
dan waktu pemeliharaan di kurungan pembesaran berkisar antara 6-8 bulan
(Tarwiyah, 2001).
2.3.3 Food and Feeding Habit Ikan
Bahwa pemberian pakan pelet menghasilkan tingkat
kelangsungan hidup yang paling rendah yaitu 76,67% dengan pemberian ikan rucah
dan kombinasi antar pelet dengan ikan rucah (Donny,2013).
Menurut Tarwiyah (2001), ikan kerapu termasuk jenis karnivora dan cara
makannya “mencaplok” satu persatu makan yang diberikan sebelum makanan sanpai
ke dasar. Pakan yang paling disukai jenis krustasea (rebon, dogol dan krosok),
selain itu jenis ikan-ikan (tembang, teri dan belanak).
2.3.4 Tingkah Laku Pemijahan
Pada saat pengecekan air bak diturunkan
sampai setinggi 30 cm. Tanda-tanda induk betina sudah siap atau matang gonad
dicirikan dengan perut yang semakin membesar. Pergerakkan lambat dan cenderung
miring, lubang genitial semkain membengkak dan memerah, warna tubuh terutama
pada bagian insang putih memucat. Kemudian induk betina dikanulasi pada bagian
genitialnya untuk melihat kondisi telurnya. Telur yang sudah siap untuk
melakukan kawin buatan dicirikan dengan ukuran diameter telur yang semakin
membesar (750µ-800µ), warnanya bening dan apabila dimasukkan ke dalam air laut terapung atau
minimal melayang (UPT, 2011).
Induk ikan kerapu yang akan dipijahkan bisa
berasal dari budidaya pembesaran kerapu ataupun ditangkap dari alam. Induk yang
diperoleh dari alam harus dipilih dan diseleksi menurut ukuran serta memenuhi
syarat untuk dipijahkan : harus sehat, tubuh tidak cacat, mempunyai ukuran
berat yang siap dipijahkan (Tridjoko, 2001 dalam
Widodo, 2006).
2.3.5 Metode penangkapan yang sesuai
Beberapa alat tangkap yang digunakan dalma penangkapan
ikan kerapu masih tradisional, seperti pancing, jaring insang, jaring kantong,
bubu dan jaring angkat. Alat-alat ini juga digunakan untuk bibit ukuran
gelondongan. Sedangkan untuk penangkapan nener di tepi pantai digunakan sero
dan pukat kantong. Pengoperasian alat ini, khusus untuk penengkapan nener
kerapu dilakukan pada malam hari terutama di hari-hari bulan gelap (Zulkifli et. al., 2000).
Lokasi penangkapan ikan kerapu dengan alat bubu di
perairan tengah teluk saleh meliputi kawasan pantai Labuan Jambu dan Labuan
Haji yang meliputi perairan pantai di sekitar pulau rakit dan pulau-pulau
lainnya pada kedalaman sekitar 5-25 m. Pada perairan yang lebih dalam dapat
mencapai >50 m merupakan daerah penangkapan pancing tonda dan rawe (Nuraini,
2006).
2.4
Ikan
kerapu Batik
2.4.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan
Menurut
Fishbase (2012), klasifikasi ikan kerapu batik adalah :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Serranidae
Genus : Epinephelus
Species : Epinephelus
polyphekadion
![]() |
Gambar 4.
Ikan Kerapu Batik (Epinephelus
polyphekadion)
(Google Image,
2013).
Menurut Ghufron et.
al., (2010), kerapu batik memiliki kepala, badan dan sirip berwarna coklat
pucat dan tertutup bintik-bintik berwarna coklat gelap. Pada kepala dan badan
terdapat bercak berwarna hitam tumpang tindih dengan bintik hitam tersebut. Pada
bagian pangkal tampak jelas sebuah bercak hitam terdapat bintik-bintik putih
pada sirip dan beberapa di bagian kepala dan badan. Ujung sirip ekor membulat
berbentuk busur.
2.4.2 Ekologi Ikan
2.4.2.1 Hatchery
Untuk pemeliharaan kerapu cocok digunakan keramba jaring apung dengan
banyak sudut seperti segienam, segidelapan, atau segiempat. Hal ini dikarenakan
semua spesies kerapu cenderung hidup bersembunyi, berbaring di dasar perairan
di bawah naungan (Ahmad et. al.,
1995).
Menurut Lembaga Penelitian Undana (2006), kerapu batik dapat dibudidayakan
di lokasi atau lahan yang cocok diantaranya salinitas air 30-35 ppt dan bersuhu
27-30oC. Adapun syarat lainnya kerapu hidup pada terumbu karang
dengan kedalaman 5-50 m. Dapat dibudidayakan pada KJA.
Pada umumnya KJA terdiri atas kerangka yang terbuat dari kayuan. Kerangka
rakit yang digunakan sebaiknya berukuran 5 x 5 m dengan ukuran jaring 2 x 2 m.
Sehingga dalam 1 unit rakit terdapat 4 unit jaring. Semakin besar ukuran benih
maka semakin besar ukuran mata jaring yang digunakan. Selain itu, harus
disediakan jaring pengganti dengan ukuran mata jaring yang berbeda. Pelampung
dan jaring berbentuk kelabu terbalik yang diikatkan pada kerangka kayu,
pelampung tersebut dapat berupa plastik
foam amupun drum bekas (drum plastik atu drum besi) (Ghufran, 2010).
2.4.2.2 Nursery
Pakan
yang diberikan berupa pakan rucah dan pakan pellet dengan metode at satiation
yatu pakan diberikan kepada ikan sampai kenyang sebanyak 2 kali sehari sebnayak
6-7.5 % pakan rucah dan 3-5 % pakan pellet untuk ikan berukuran 500-1200 gram
(SNI 01-6488.4-2000) (Ghufran, 2010).
Perawatan KJA pun perlu dilakukan dalam usaha pembesaran kerapu. Pengecekan
jaring dan waring yang digunakan diperlukan agar ikan tidak dapat lolos dari
jaring atau waring ayng rusak. Pembersihan jaring atau waring dapat dilakukan
dengan penyemprotan air dan penjemuran atau hanya dengan penjemuran saja
(Darmansah, 2009).
Reproduksi dan rekruitmen merupakan dua momen penting dan
kritis dalam siklus hidup spesies ikan. Sering dalam proses ini melibatkan
perpindahan antara wilayah, dan beberapa spesies, melakukan migrasi ke daerah
pemijahan utama. Kebnayakan populasi ikan kemudian menjadi rentan terhadap
dampak aktivitas penangkapan yang beroperasi di daerah pemijahan (spawning
ground) dan di daerah pengasuhan (nursery ground) dimana masing-masing terdapat
stok induk dan juvenil yang melimpah (SEAFDEC,2006).
2.4.3 Food and Feeding Habit Ikan
Ikan kerapu adalah termasuk jenis ikan karnivora dan cara makannya
“menggerus”. Jenis ikan yang sering dimakan adalah ikan tembang, teri dan
belanak. Pada umumnya ikan karnivora mempunyai gigi untuk menyergap, manahan
dan merobak mangsa. Jari-jari tapis insangnya menyesuaikan untuk penahan,
memegang, memarut dan menggilas mangsa. Ikan karnivora mempunyai lambung benar,
palsu dan usus pendek, tebal dan elastik (Effendi, 2002).
Menurut Akbar (2001), ikan kerapu adalah jenis ikan buas (karnivora). Sifat
kanibalnya muncul apabila kekurangan pakan, terutama terlihat pada ikan kerapu
stadia awal. Dari pengamtan isi perut ikan kerapu kecil diketahui kandungan di
dalamnya didominasi oleh golongan krustasea sebanyak 83% dan ikan-ikanan
sebesar 17 %.
2.4.4 Tingkah Laku Pemijahan
Banyak ikan karang konsumsi berkumpul dalam jumlah besar
pada lokasi, musim dan fase bulan yang spesifik untuk memijah. Kebnayakan jenis
ikan ikan komersial penting, termasuk jenis-jenis kerapu dan napoleon melakukan
aktivitas reproduksi dalam suatu pemijahan massal (spawning aggregation) yang melibatkan puluhan hingga puluhan ribu
individu (Savoy, 1996).
Pemijahan
massal (spawning aggregation) adalah
kelompok spesies ikan yang sama yang berkumpul untuk tujuan pemijahan, dimana
densitas dan jumlah ikan secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan
densitas dan jumlah ikan di lokasi agregasi tersebut pada saat tidak dalam masa
reproduksi (Domeier dan Colin, 1997).
Menurut Effendi (2002), tingkah laku ikan pada fase
pemijahan diantaranya ialah : bersamaan dengan pengeluaran produk seksual ada
ikan yang melakukan sentuhan bagian-bagian tubuh, gerakan eksotik dengan
menggetarkan seluruh bagian tubuh, gerakan pembelitan tubuh ikan jantan atau
ikan betina oleh ikan jantan, penyimpanan telur oleh ikan jantan atau ikan
betina ke dalam sarang, gua, bagian pada
tubuh, pada busa, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain.
2.4.5 Metode penangkapan yang sesuai
Ikan kerapu merupakan ikan karang. Banyak para nelayan
yang menangkap ikan kerapu dengan cara bom atau racun potasium. Hal ini dapat
merusak ekosistem terumbu karang yang menjadi tempat tinggalnya. Penangkapan
ikan kerapu dapat menggunakan pancing ulur, pancing tonda dan rawai dasar
(Habibi et.al., 2011).
Pada waktu air pasang mereka bergerak mencari mangsanya ke daerah
yang lebih dangkal yang banyak dihuni ikan-ikan kecil, kemudian pada waktu air
surut kembali ke tempat semula. Kebiasaan ini, dimanfaatkan para nelayan bubu
di Karimunjawa (Jepara) dengan cara menghadang jalannya atau gerakan yang
dilalui ikan-ikan kerapu sewaktu mencari makan. Agar ikan tidak merasa kaget,
bubu diletakkan di daerah karang kemudian ditutupi karang-karang mati dan mulut
bubu biasanya diarahkan ke pantai atau jalan yang diperkirakan dilalui ikan
(Hadisubroto, 1991 dalam Hadisubroto
dan Djamal, 1992).
2.5
Udang
Vaname
2.5.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan
Klasifikasi
udang vaname menurut Haliman dan Adijaya (2005) adalah sebagai berikut :
Phylum : Arthropoda
Kelas :
Crustacea
Sub-kelas : Malacostraca
Series : Eumalacostraca
Super order : Eucarida
Order :
Decapoda
Sub order : Dendrobranchiata
Infra order : Penaeidea
Famili :
Penaeidae
Genus :
Penaeus
Sub genus : Litopenaeus

Gambar 5.
Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei)
(Google Image, 2013).
Menurut
Haliman dan Adijaya (2005) tubuh udang vaname dibentuk oleh dua cabang, yaitu exopodite dan endopodite. Tubuh vaname berbuku-buku dan berganti kulit exsoskeleton secara
periodik atau moulting. Bagian tubuh
udang vanamei yang sudah mengalami modifikasi dapat digunakan untuk makan,
bergerak dan membenamkan diri ke lumpur.
Udang
penaeid mempunyai ciri khas yaitu:
kaki jalan 1,2, & 3 bercapit dan kulit kitin.Udang penaeid termasuk crustaceae yang merupakan binatang air
memiliki tubuh beruas-ruas, pada setiap ruasnya terdapat sepasang kaki. Udang
vanamei termasuk salah satu famili penaide termasuk semua jenis udang laut, udang
air tawar (Rahman, 2005).
2.5.2 Ekologi Ikan
2.5.2.1 Hatchery
Menurut
Fauzi (2006), udang Vaname adalah udang asli dari
perairan amerika latin yang kondisi iklimnya subtropik. Di habitat alaminya dia
suka hidup pada kedalaman kurang lebih 70 meter.Udang vaname bersifat
nocturnal, yaitu aktif mencari makan pada malam hari. Proses perkawinan pada
udang vanamei ditandai dengan loncatan betina secara tiba-tiba.
Udang betina betina mengeluarkan sel-sel telur. Pada saat
yang bersamaan, udang jantan mengeluarkan sperma sehingga sel telur dan sperma
bertemu. Proses perkawinan berlangsung kira-kira satu menit. Sepasang udang
vannamei berukuran 30-45 gram dapat menghasilkan telur sebanyak 100.000-250.000
butir. Siklus hidup udang vannamei sebelum ditebar di tambak yaitu stadia
naupli, stadia zoea, stadia mysis, dan stadia post larva. Pada stadia naupli
larva berukuran 0,32-0,59 mm, sistim pencernaanya belum sempurna dan masih
memiliki cadangan makanan berupa kuning telur. Stadia zoea terjadi setelah
larva ditebar pada bak pemeliharaan sekitar 15-24 jam. Larva sudah berukuran
1,05-3,30 mm dan pada stadia ini benih mengalami 3 kali moulting. Pada stadia
ini pula benih sudah bisa diberi makan yang berupa artemia.Pada stadia mysis,
benih udang sudah menyerupai bentuk udang.Yang dicirikan dengan sudah
terluhatnya ekor kipas (uropoda) dan ekor (telson). Selanjutnya udang mencapai
stadia post larva, dimana udang sudah menyerupai udang dewasa. Hitungan
stadianya sudah menggunakan hitungan hari.Misalnya, PL1 berarti post larva
berumur satu hari.Pada stadia ini udang sudah mulai bergerak aktif (Suwoyo,
2010).
2.5.2.2 Nursery
Telur yang telah menetas pada dasarnya masih bersifat planktonis dan
bergerak mengikuti arus air. Menurut Wyban dan Sweeney (1991) dalam Fauzi (2006) pertumbuhan, larva akan
berkembang dengan sempurna pada kondisi suhu 26-28ºC, oksigen terlarut 5-7
mg/l, salinitas 35 ppt. Setelah menetas larva akan berkembang menjadi 3 stadia
yaitu nauplius, zoea, mysis. Setiap stadia akan dibedakan menjadi sub stadia
sesuai dengan perkembangan morfologinya. Pergantian stadia terjadi setelah
larva mengalami pergantian kulit (moulting).
Menurut
Elovaara (2001), temperatur air untuk optimalkan pertumbuhan dan transisi dari
satu larva ke larva berikutnya adalah 280C, sedangkan salinitas adalah 26-30
dan pH sekitar 8,0, namun pH 7,8 sampai 8,4 sudah cukup.
Menurut Heryadi, D dan Sutadi (1993)
dalam Ratna (2011), pengelolaan
kualitas air ada beberapa perlakuan agar air media tetap sesuai untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva.
2.5.3 Food and Feeding Habit Ikan
Udang mengambil
makanannya dari dasar habitatnya atau dari fauna terkait yang terendam vegetasi
pantai di badan air. Udang memiliki pergerakan yang terbatas dalam mencari
makanan dan mempunyai sifat dapat menyesuaikan diri terhadap makanan yang
tersedia lingkungannya. Udang bersifat nokturnal artinya aktif mencari makan
pada malam hari atau apabila intensitas cahaya berkurang. Sedangkan pada siang
hari yang cerah lebih banyak pasif
berbenam diri dalam lumpur, di balik batu, karena udang-udang jenis ini
tidak menyukai sinar matahari (Istrada, 2013).
Semula udang penaeid
dikenal sebagai hewan bersifat omnivorousscavenger artinya ia pemakan segala
bahan makanan dan sekaligus juga pemakan bangkai.naumn, penelitian selanjutnya
dengan cara memeriksa isi usus mengindikasikan bahwa udang penaeid bersifat
karnivora yang memangsa berbagai krustasea renik amphipoda, danpolychaeta
(cacing). Oceanic Institute di Hawai membuktikan bahwa bakteri dan alga yang
banyak tumbuh di badan (kolom) air kolam yang agak keruh, ternyata berperan
penting sebagai makanan udang, menyebabkan udang tumbuh lebih cepat 50%
dibanding dengan udang L. Vannamei yang dipelihara di dalam kolam/bak yang
berair sangat bersih. Catatan ini membuktikan bahwaudang tumbuh optimum di
kolam karena adanya komunitas microbial (Wyban dan Sweeney, 1991).
L. vannamei bersifat nokturnal. Sering
ditemukan memendamkan diri dalam lumpur/pasir dasar kolam bila siang hari, dan
tifdak mencari makanan. Akan tetapi, pada kolam budidayajika siang hari diberi
pakan maka udang vaname akan bergerak untuk mencarinya, ini berarti sifat
nokturnal tidak mutlak. Udang vanami memerlukan pakan dengan kandungan protein
35 %. Ini lebih rendah dibanding dengan kebutuhan untuk P. monodon, dan P. japonicus
yang kebutuhan protein pakannya mencapai 45 % untuk tumbuh baik. Ini berarti
dari segi pakan L. Vannamei lebih
ekonomis, sebab bahan pangan yang mengandung protein banyak tentu lebih mahal. L. Vannamei tumbuh cepat jika pakannya
mengandung cumi-cumi. Cumi-cumi telah diketahui mengandung banyak lemak tak
jenuh (HUFA) antara lain Cholesterol yang diperlukan untuk pertumbuhan gonad
udang, maupun untuk percepatan pertumbuhannya (Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan
dan Perikanan, 2012)
2.5.4 Tingkah Laku Pemijahan
Yang disebut memijah ialah proses keluarnya telur-telur
yang siap dibuahi dari induk betina. Proses pemijahan hanya berlangsung
kira-kira 2 menit saja pada L. vannamei
dimana proses ini terjadi ketika induk betina berenang secara perlahan dalam
badan air. Pada proses ini biasanya semua telur matang gonad dikeluarkan
sekaligus. Begitu telur-telur keluar, induk betina mencampurkan telur-telur
dengan sperma yang sudah menempel di thelycum dengan cara menghentakkan
kaki-kaki renangnya (pereopoda). Telur-telur dikeluarkan oleh induk betina
melalui lubang genitalia yang terletak pada coxa dari pereopoda ketiga, dan
mengarah ke depan sehingga telur-telur terkumpul di dalam rongga yang berada
diantara coxz pada pereopoda ketiga dan keempat. Ceruk (rongga) itu disebut
fertilization chamber. Di dalam ceruk ini telur-telur bercampur telur keluar
menyebar ke dalam air di sekitarnya. Sperma masuk ke dalam sel telur lalu
menyatu antara sel telur dan sperma terjadi serangkaian perubahan biokimia,
namun yang berhasil menyatu hanyalah satu sperma dan satu sel telur saja.
Proses itu berlangsung selama 11 menit pada suhu 28oC (Wyband dan
Sweeney, 1991).
L.
vannamei biasa memijah di malam hari, beberapa jam setelah kawin. Karena
interval antara kawin dan mijah sangat pendek. Maka perlu dilakukan tindakan
teknis untuk mengamankan proses pembuahan, penetasan telur dan pemeliharaan
larva, di dalam panti pembenihan. Udang harus ditinggalkan dalam keadaan tenang
dalam bak agar terjadi perkawinan. Tetapi, betina yang telah kawin harus segera
ditangkap sebelum memijahkan telur, untuk dipindahkan ke dalam bak pemijahan
yang lebih kecil volumenya (pertumbuhannya) (Kepala Pusat Penyuluhan Kelutan
dan Perikanan, 2012).
Perilaku kawin pada udang vannamei pada wadah pemijahan dipengaruhi oleh
beberapa faktor lingkungan seperti temperatur air, kedalamn, intensitas cahaya,
fotoperiodisme dan beberapa faktor biologis seperti dentitas aerial dan rasio
kelamin (Yano et. al., 1988 dalam Syafrenal, 2011).
2.5.5 Metode penangkapan yang sesuai
Panen merupakan
kegiatan akhir dari budidaya yang dilakukan oleh pengusaha atau suatu
perusahaan yang bergerak di bidang budidaya baik itu budidaya udang, ikan,
kerang, teripang, maupun rumput laut. Berdasarkan alat atau cara
penangkapannya, maka dikenal dengan beberapa sistem, diantaranya sistem panen
tarik jaring trawl, sistem panen dengan pintu panen/drain gate, sistem panen
seine net, dan sistem panen elektrik net (Marsen, 2010).
Pukat udang adalah jenis jaring berbentuk kantong dengan
saaran tangkapannya udang. pukat udang dioperasikan di Indonesia setelah adanya
larangan penggunaan trawl melalui KEPPRES No. 39 Tahun 1980. Pukat udang
merupakan modifikasi dari alat penangkap trawl, dimana jaring ini berbentuk
kerucut. Jaring dilengkapi sepasang papan pembuka mulut jaring dan Trurtle
Excuder Device (TED). TED adalah alat pemisah untuk meloloskan penyu. Tujuan
utamnya untuk menangkap udang dan ikan dasar yang dalam pengoperasannya menyapu
dasar perairan dan hanya boleh ditarik oleh satu kapal motor (Ayodhyoa, 1983 dalam Kurniawan, 2011).
Pukat udang
termasuk jenis trawl dasar peraran yang dimodifikasi khusus untuk menangkap
udang sebagai hasil tangkapan utama. Bentuknya yang lebih kecil dan penggunaan
tenaga mesin kapal yang lebih rendah merupakan salah satu perbedaan pukat udang
dengan trawl udang lainnya. Selain itu, pada bagian antara kantong dan badan
jaring pada pukat udang diberi alat tambahan bberupa saringan yang disebut
By-catch Excluder Device (BED). BED berfungsi untuk menyaring dan memisahkan
udang dengan biota lain yang tidak termasuk hasil tangkapan utama (Astuti,
2005).
BAB III
METODOLOGI
3.1
Materi Praktikum Lapang
3.1.1
Penyampaian Dari Pihak BBAP
Manajemen
Pemeliharaan
Induk
Pendahuluan
:
1.
Indonesia
terdiri dari Negara kepulauan yang sebagian besar adalah suatu perairan, oleh
karena itu Indonesia memiliki sumberdaya alam yang snagat melimpah terutama
ikan dan organism lainnya.
2.
Ikan
kerapu termasuk ikan karang sedangkan Indonesia adalah wilayah tropis yang
banyak ditumbuhi karang. Jadi perairan Indonesia merupakan habitat yang cocok
untuk ikan kerapu.
3.
Ikan
kerapu termasuk ikan ekonomis tinggi, termasuk ikan kerapu kertang dan kerapu
tikus. Harga ikan kerapu kertangdan ikan kerapu tikus 1 kg dihargai 100-120
ribu.
4.
Prospek
pengembangan ikan kerapu sangat besar karena banyak diminta oleh konsumen
karena ikan kerapu termasuk jenis ikan yang memiliki protein tinggi.
5. Namun dalam pembudidayaan ikan kerapu
kertang dan ikan kerapu tikus juga banyak menemui kendala, salah satunya yaitu
masalah benih, karena induk kerapu kertang dan ikan kerapu tikus yang baik
diperoleh langsung dari alam, sedangkan benih ikan kerapu hanya bisa didapat
pada musim tertentu saja.
Elemen
dasar dari produksi benih yaitu telur yang berkualitas, sebab telur yang
berkualitas dapat mempengaruhi benih. Jika telur yang dihasilkan tidak
berkualitas, maka benih yang dihasilkan akan cacat, sehingga bisa mempengaruhi
proses pemasaran ke konsumen. Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus
termasuk hewan hemaprodit protogini, yakni pemeliharaan dari betina menjadi
jantan. Saat masih juvenile ikan kerapu berjenis kelamin betina, sedangkan saat
menjelang dewasa ikan kerapu berubah menjadi jantan. Kondisi seperti ini
bertujuan untuk mempertahankan kondisi fungsi kelamin, selain itu juga untuk
pengendalian genetik.
·
Pengelolaan
Induk
1.
Seleksi
Induk
Induk yang dipilih harus memenuhi
kriteria, diantaranya yaitu bagus dari alam. Sehat tidak cacat secara
morfologinya, standart ukuran fiks minimal 1,5 kg. untuk ukuran kerapu kertang
dan ikan kerapu tikus minimal 6 kg. selain criteria di atas juga harus
dilakukan pengamatan gonad, agar telur yang dihasilkan berkualitas sehingga
berpengaruh juga terhadap benih yang dihasilkan.
2.
Persiapan
Bak
Diantara
persiapan bak, yaitu:
Ø
Pencucian
bak
Ø
Setting
aerasi
Ø
Filtrasi
air laut
Ø
Pengisian
air laut
3.
Seleksi
Penetasan telur
Ø
Pemanenan
telur
Ø
Penampung
dalam akuarium
Ø
Didiamkan
untuk perkembangan telur
Ø
Penyimpanan
telur yang jelek
Ø
Perhitungan
telur
4.
Transportasi
Telur
Jenis pakan untuk ikan kerapu kertang
adan ikan kerapu tikus adalah :
Ø
Egg yolk (kuning telur)
Makanan
ikan pada saat ikan kerapu masih kecil atau setelah menetas dari telur
Ø
Pakan
buatan
Contohnya
: pellet. dll
Ø
Rotifera
Untuk
ikan kerapu yang masih benih.
Ø
Artemia
Ø
Rebon
Benih
kerapu bersifat kanibal. Fase kritis terjadi pada saat terjadi perubahan bentuk
kelamin. Kandungan protein pakan ikan harus berbeda dengan kandungan protein
pakan udang. Kandungan protein pakan ikan harus lebih tinggi.
·
Pemeliharaan
Induk
Ø
Pada
kolam pemeliharaan induk dilengkapi inlet dan outlet yang bertujuan untuk mempermudah mengganti
air. Agar air masih terjaga kebersiihannya.
Ø
Ikan
kerapu kertang dan ikan kerapu tikus diberi makan 1 kali sehari yaitu di pagi
hari.
Ø
Pemberian
makan sebesar 3 % dari berat tubuh total
Ø
Induk
ikan kerapu dipelihara di bak bulat besar
Ø
Pembersihan
bak setiap 10 hari sekali, untuk menjaga kebersihan agar ikan tidak mudah
diserang penyakit dan parasit.
Ø
Teknik
pemijahan ikan terdiri dari : hormonal, manipulasi lingkungan, gabungan
hormonal dengan manipulasi lingkungan
·
Metode Kegiatan Produksi
Ø
Persiapan
bak
Ø
Seleksi
penetasan telur
Ø
Transportasi
telur
3.1.2
Data lapang yang Diamati
Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus yang indukan
ditempatkan pada kolam bulat yang berukuran sangat besar dan dalam, di dalam
kolam diberi pipa besar. Inlet sebagai media masuknya air yang bervolume besar
sehingga menimbulkan arus dan tambahan oksigen terlarut pada kolam, sehingga
semua ikan kerapu berada di bawah aliran masuknya air dari pipa.
Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus di BBAP
Situbondo diberi makan 1 kali dalam waktu sehari, dengan presentase 3 % dari
berat tubuhnya, jika ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus diberi makan,
air di dalam kolam diturunkan 60 cm dari dorsalnya dengan sirkulasi 200% jadi
perbandingannya 1:2. Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus termasuk
hermaprodit protogini, pada berat 4 kg ke atas, ikan kerapu kertang dan ikan
kerapu tikus menjadi betina, kemudian pada berat 8 kg ke atas berubah menjadi
jantan. Pada fase inilah ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus terjadi masa
transisi.
Di Balai Budidaya Air Payau Situbondo,
tempat pembudidayaan berupa bak atau kolam yang bulat besar dan tinggi.
Ketinggian bak atau kolam dipengaruhi oleh suhu. Di daerah Situbondo termasuk
daerah bersuhu tinggi, jadi kolam yang dibuat harus semakin tinggi atau dalam
untuk menyesuaikan dengan suhu habitat ikan kerapu kertang dan ikan kerapu
tikus. Saat dilakukan pemijahan, ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus
indukan dijadikan satu kolam, kolam yang ditempati ikan kerapu kertang dan ikan
kerapu tikus harus sesuai dengan habitat ikan kerapu kertang dan ikan kerapu
tikus, agar ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus bisa memijah dengan baik
dan kualitas telur yang dihasilkan juga baik, kerana kolam harus dibersihakan 1
minggu sebelum dan sesudah melakukan pemijahan. Ikan kerapu kertang dan ikan
kerapu tikus maksimal berumur 4 sampai 6 tahun. Ikan kerapu kertang dan ikan
kerapu tikus yang baru umur setahun beratnya sekitar 400-800 gr. Pada saat
sekitar 400 gr biasanya ikan kerapu untuk dikonsumsi. Pemijahan ikan kerapu ada
2 macam, yaitu secara alami dan dengan bantuan hormone.
Ikan kerapu
kertang dan ikan kerapu tikus indukan atau dewasa diberi makan ikan sedangkan
ikan kerapu yang masih benih diberi makan rotifer. Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus
yang dibudidayakan kadang cacat pada tutup insang dan mulut. Cirinya yaitu
bibir ikan berwarna merah karena bakteri, insang cacat apabila insang terbuka
dan berwarna merah. Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus termasuk ikan
ekonomis tinggi, 1 kg ikan kerapu diberi harga Rp 100.000,- sampai Rp
120.000,-. Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus termasuk ikan berprotein
tinggi. Pada kolam pemeliharaan induk ikan kerapu diberi inlet dan outlet yang
bertujuan untuk mempermudah mengganti air agar air masih terjaga kebersihannya.
Pengambilan
data dibagi menjadi 2, yaitu data lapang dan data kelas :
·
Lapang : 1 jam 45
menit (indukan, pembenihan, udang dan pakan alami)
·
Kelas
: 1 jam
3.2
Teknik Pengambilan Data
3.2.1
Observasi
Pada
waktu melakukan praktikum lapang di Balai Budidaya Air Payau Situbondo,
menggunakan metode observasi langsung ke lapang BBAP dan ditambah materi kelas
tentang ikan kerapu yang telah kita amati di lapang, yaitu pada hari kamis, 12 Desember 2013 pukul 08.15-11.30 WIB.
3.2.2
Wawancara
Pada
waktu melakukan praktikum lapang di Balai Budidaya Air Payau Situbondo,
menggunakan metode wawancara dengan
staff pekerja yang ada di bagian itu. Pada hari kamis, 12 Desember 2013 pukul 09.25-11.30 WIB
3.2.3
Dokumen
Pada
waktu melakukan praktikum lapang di Balai Budidaya Air Payau Situbondo,
menggunakan metode dokumen langsung ke lapangan yang bertujuan untuk
mendokumentasi praktikum yang telah dilaksanakan. Pada hari kamis, 12
Desember 2013 pukul 09.25-11.30 WIB.
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Hasil dan Pembahasan
Nama Umum Ikan : Ikan Kerapu Macan
Nama Ilmiah : Epinephelus
fuscoguttatus
MORFOLOGI IKAN
|
||
1
|
a.
Bentuk
Tubuh Ikan
b.
Bentuk
dan Letak Mulut
c.
Bentuk
Sirip Ekor
d.
Warna
Ikan
|
a.
Bentuk
tubuhnya agak rendah, moncong panjang memipih dan menajam.
b.
Maxillary
lebar di luar mata, gigi pada bagian
sisi dentary 3 atau 4 baris.
c.
c. Sirip ekor ikan kerapu berbentuk
bundar.
d. d.
Putih dengan totol-totol hitam.
|
2
|
Deskripsi singkat morfologi ikan
|
Ciri-ciri morfologi ikan kerapu
macan antara lain bentuk tubuh pipih, yaitu lebar tubuh lebih kecil dari pada
panjang dan tinggi tubuh, rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi yang
lancip dan kuat, mulut lebar, serong ke atas dengan bibir bawah yang sedikit
menonjol melebihi bibir atas, sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung
tunggal dan memanjang dimana bagian yang berjari-jari keras kurang lebih sama
dengan yang berjari-jari lunak, posisi sirip perut berada di bawah sirip
dada, serta badan ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid.
|
KUALITAS
AIR YANG BERPENGARUH
|
||
Diskripsi Singkat Kualitas Air yang
Berpengaruh
|
salinitas antara 2,5-45,5 ppt dan
air yang digunakan pada budidaya adalah air yang bersih.
|
|
TINGKAH
LAKU KEBIASAAN MAKAN
|
||
Diskripsi Singkat Tingkah Laku
Kebiasaan Makan
|
Ikan kerapu macan mencari makan
dengan menyergap mangsa dari tempat persembunyiannya. Sebagai ikan karnivora,
kerapu bersifat kanibalisme.
|
|
TINGKAH
LAKU PEMIJAHAN
|
||
Diskripsi Singkat Tingkah Laku
Pemijahan
|
Perkembangan gonad biasanya diamati
dengan metode kanulasi, yakni dimasukannya selang kanula ke dalam saluran
gonad (lubang genital). Didapatnya butiran telur pada selang kanula
mencirikan induk betina telah matang gonad, sedangkan pada induk jantan,
kematangan gonad dicirikan dengan keluarnyanya cairan putih susu atau sperma saat
dilakukan pengurutan pada bagian perutnya.
|
|
TINGKAH LAKU PEMIJAHAN SECARA ALAMI
|
||
Diskripsi Singkat Tingkah Laku
Pemijahan Secara Alami
|
Ikan kerapu macan hidup di daerah
terumbu karang termasuk ikan demersal.
|
|
TINGKAH LAKU KHUSUS
|
||
Diskripsi Singkat Tingkah Laku
Khusus Ikan Objek
|
Ikan kerapu macan bersifat
karnivora.
|
Nama
Umum Ikan : Ikan Kerapu Tikus
Nama
Ilmiah : Cromileptes altivelis
MORFOLOGI IKAN
|
||
1
|
a. Bentuk Tubuh Ikan
b. Bentuk dan Letak Mulut
c. Bentuk Sirip Ekor
d. Warna Ikan
|
a.
Panjang,
bulat pipih
b.
Moncong,panjang
memipih dan menajam
c.
Sirip
ekor membulat
d.
Abu-abu,
berbintik
|
2
|
Deskripsi singkat morfologi ikan
|
Bentuk sisik
sikloid, bagian dorsal dari kepala cekung, tidak mempunyai gigi taring, lubang hidung besar berbentuk bulan sabit vertical, sirip ekor membulat. Tubuhnya berwarna abu-abu berbintik hitam.
|
KUALITAS
AIR YANG BERPENGARUH
|
||
Diskripsi Singkat Kualitas Air yang
Berpengaruh
|
Suhu berkisar 29⁰C
dengan salinitas 30 ppt, dan air yang digunakan dalam budidaya harus bersig,
jika suatu perairan atau kolam kotor dan keruh
akan mempengaruhi pertumbuhan ikan kerapu kertang dan ikan kerapu akan mudah
terserang penyakit.
|
|
TINGKAH
LAKU KEBIASAAN MAKAN
|
||
Diskripsi Singkat Tingkah Laku
Kebiasaan Makan
|
ikan ini mencari makan pada malam
hari. Aktivitas ikan nocturnal mencari makan dimulai saat hari mulai gelap.
|
|
TINGKAH
LAKU PEMIJAHAN
|
||
Diskripsi Singkat Tingkah Laku
Pemijahan
|
Ciri induk yang siap memijah yaitu
ikan menjadi lebih sensitive terhadap suara atau cahaya. Pada induk betina
perutnya terlihat buncit, warna tubuhnya cerah dan pergerakannya lambat.
Sedangkan induk kerapu tikus jantan pergerakannya lebih agresif dari pada
induk betina.
|
|
TINGKAH
LAKU PEMIJAHAN SECARA ALAMI
|
||
Diskripsi Singkat Tingkah Laku
Pemijahan Secara Alami
|
Induk kerapu jantan akan bergerak
mengikuti induk betina dan berenang bersama. Ikan dapat memijah dengan alami
dan menghasilkan telur dengan kualitas yang bagus-bagus.
|
|
TINGKAH LAKU
KHUSUS
|
||
Diskripsi Singkat Tingkah Laku
Khusus Ikan Objek
|
Ikan kerapu memijah pada malam hari
disebabkan ikan tersebut merupakan ikan demersal dan bersifat fototaksis
negative (-) yaitu cenderung menjauhi cahaya
|
Nama Umum Ikan : Ikan Kerapu Kertang
Nama Ilmiah : Ephinepelus lonceolatus
MORFOLOGI
IKAN
|
||
1
|
a. Bentuk Tubuh Ikan
b. Bentuk dan Letak Mulut
c. Bentuk Sirip Ekor
d. Warna Ikan
|
a.
Bentuk
tubuh memanjang dan agak gilik.
b.
Moncong,panjang
memipih dan menajam.
c.
Sirip
ekor ikan kerapu berbentuk bundar.
d.
Warna
bisa berubah tergantung kondisi, merah atau kecoklatan, sehingga disebut
kerapu merah.
|
2
|
Deskripsi singkat morfologi ikan
|
Ikan kerapu kertang terdapat dari
Genus Ephinephelus, dengan bentuk
tubuh memanhang dan agak gilik, warna tubuhnya bisa berubah tergantung
kondisi suatu perairan kadang merah atau kecoklatan. Bentuk sirip ekor
bundar. Tubuh ditutupi oleh bintik-bintik berwarbna coklat atau kuning, merah
atau putih.
|
KUALITAS
AIR YANG BERPENGARUH
|
||
Diskripsi Singkat Kualitas Air yang
Berpengaruh
|
Ikan kerapu merupakan ikan karang
dan menyukai perairan yang bersih jika suatu perairan atau kolam kotor dan
keruh akan mempengaruhi pertumbuhan ikan kerapu kertang dan ikan kerapu akan
mudah terserang penyakit.
|
|
TINGKAH
LAKU KEBIASAAN MAKAN
|
||
Diskripsi Singkat Tingkah Laku
Kebiasaan Makan
|
Pada waktu air pasang
mereka bergerak mencari mangsanya ke daerah yang lebih dangkal yang banyak
dihuni ikan-ikan kecil, kemudian pada waktu air surut kembali ke tempat
semula.
|
|
TINGKAH
LAKU PEMIJAHAN
|
||
Diskripsi Singkat Tingkah Laku
Pemijahan
|
Tanda-tanda induk betina
sudah siap atau matang gonad dicirikan dengan perut yang semakin membesar,
pergerakkan lambat dan cenderung miring, lubang genitial semakin membengkak
dan memerah, warna tubuh terutama pada bagian insang putih memucat.
|
|
TINGKAH
LAKU PEMIJAHAN SECARA ALAMI
|
||
Diskripsi Singkat Tingkah Laku
Pemijahan Secara Alami
|
Secara alami ikan kerapu jantan akan
memikat ikan kerapu betina dengan mengeluarkan suatu hormon, kemudian ikan
mengajak ikan betina ke tempat pemijahan. Ikan kerapu jantan mengeluarkan
sperma yang akan diterima oleh ikan kerapu betina, sehingga meleburlah antara
sel sperma dan sel telur.
|
|
TINGKAH
LAKU KHUSUS
|
||
Diskripsi Singkat Tingkah Laku
Khusus Ikan Objek
|
Ikan kerapu merupakan ikan karang
yang memiliki sifat karnivor dan kanibalisme.
|
Nama
Umum Ikan : Ikan Kerapu Batik
Nama
Ilmiah : Epinephelus microdon
MORFOLOGI
IKAN
|
||
1
|
a. Bentuk Tubuh Ikan
b. Bentuk dan Letak Mulut
c. Bentuk Sirip Ekor
d. Warna Ikan
|
a.
Pipih
b.
Serong ke
atas dengan bibir bawah yang sedikit menonjol melebihi bibir atas.
c.
Bundar
d.
Putih
dengan totol-totol coklat
|
2
|
Deskripsi singkat morfologi ikan
|
Bentuk tubuh pipih, yaitu lebar tubuh lebih kecil
dari pada panjang dan tinggi tubuh, rahang atas dan bawah dilengkapi dengan
gigi yang lancip dan kuat, mulut lebar, serong ke atas dengan bibir bawah
yang sedikit menonjol melebihi bibir atas, sirip ekor berbentuk bundar, sirip
punggung tunggal dan memanjang dimana bagian yang berjari-jari keras kurang
lebih sama dengan yang berjari-jari lunak, posisi sirip perut berada di bawah
sirip dada, badan ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid.
|
KUALITAS
AIR YANG BERPENGARUH
|
||
Diskripsi Singkat Kualitas Air yang
Berpengaruh
|
Suhu berkisar 29⁰C
dengan salinitas 30 ppt, dan pada suatu perairan atau kolam tempat ikan
kerapu harus bersih, jika suatu perairan atau kolam kotor dan keruh akan
mempengaruhi pertumbuhan ikan kerapu kertang dan ikan kerapu akan mudah
terserang penyakit.
|
|
TINGKAH
LAKU KEBIASAAN MAKAN
|
||
Diskripsi Singkat Tingkah Laku
Kebiasaan Makan
|
Aktivitas ikan nokturnal mencari
makan dimulai saat hari mulai gelap. Ikan-ikan tersebut digolongkan sebagai
ikan soliter di mana a ktivitas makan dilakukan secara individu, gerakannya
lambat cenderung diam dan arah gerakannya tidak begitu luas serta lebih
banyak menggunakan indera perasa dan indera penciuman.
|
|
TINGKAH
LAKU PEMIJAHAN
|
||
Diskripsi Singkat Tingkah Laku
Pemijahan
|
Pada saat pemijahan, juga dibutuhkan
suasana yang tidak berisik dan tenang.
|
|
TINGKAH
LAKU PEMIJAHAN SECARA ALAMI
|
||
Diskripsi Singkat Tingkah Laku
Pemijahan Secara Alami
|
karena seringnya terjadi hujan yang
deras maka pemijahan ikan kerapu tikus yang berlangsung alami dapat terganggu
namun pada umumnya Ikan kerapu tikus akan memijah sepanjang tahun
|
|
TINGKAH
LAKU KHUSUS
|
||
Diskripsi Singkat Tingkah Laku
Khusus Ikan Objek
|
Ikan kerapu merupakan ikan karang
yang memiliki sifat karnivor dan kanibalisme.
|
Nama Umum Ikan : Udang Vannamei
Nama Ilmiah :
Litopenaeus vannamei
MORFOLOGI
IKAN
|
||
1
|
a. Bentuk Tubuh Ikan
b. Bentuk dan Letak Mulut
c. Bentuk Sirip Ekor
d. Warna Ikan
|
a.
Berbuku-buku
b.
–
c.
–
d.
Coklat
|
2
|
Deskripsi singkat morfologi ikan
|
mempunyai ciri khas yaitu: kaki
jalan 1,2, & 3 bercapit dan kulit kitin.Udang penaeid termasuk crustaceae
yang merupakan binatang air memiliki tubuh beruas-ruas, pada setiap
ruasnya terdapat sepasang kaki.
|
KUALITAS
AIR YANG BERPENGARUH
|
||
Diskripsi Singkat Kualitas Air yang
Berpengaruh
|
suhu 26-28ºC, oksigen terlarut 5-7 mg/l, salinitas 35
ppt dan pada kolam airnya harus bersih, jika
suatu perairan atau kolam kotor dan keruh akan mempengaruhi pertumbuhan ikan
kerapu kertang dan ikan kerapu akan mudah terserang penyakit.
|
|
TINGKAH
LAKU KEBIASAAN MAKAN
|
||
Diskripsi Singkat Tingkah Laku
Kebiasaan Makan
|
karnivora yang memangsa berbagai krustasea
renik amphipoda, dan polychaeta (cacing).
|
|
TINGKAH
LAKU PEMIJAHAN
|
||
Diskripsi Singkat Tingkah Laku
Pemijahan
|
induk betina berenang secara
perlahan dalam badan air. Pada proses ini biasanya semua telur matang gonad
dikeluarkan sekaligus. Begitu telur-telur keluar, induk betina mencampurkan
telur-telur dengan sperma yang sudah menempel di thelycum dengan cara
menghentakkan kaki-kaki renangnya (pereopoda). Telur-telur dikeluarkan oleh induk
betina melalui lubang genitalia yang terletak pada coxa dari pereopoda
ke-tiga, dan mengarah ke depan,sehingga telur-telur terkumpul di dalam rongga
yang berada diantara coxa pada pereopoda ke-3 dan ke-4. Ceruk
(rongga) itu disebut fertilization chamber. Didalam ceruk ini
telur-telur bercampur sperma dan air, sehingga terjadi fertilisasi. Setelah
fertilisasi, barulah telur keluar menyebar kedalam air disekitarnya.
|
|
TINGKAH
LAKU PEMIJAHAN SECARA ALAMI
|
||
Diskripsi Singkat Tingkah Laku
Pemijahan Secara Alami
|
induk betina berenang secara
perlahan dalam badan air. Pada proses ini biasanya semua telur matang gonad
dikeluarkan sekaligus. Begitu telur-telur keluar, induk betina mencampurkan
telur-telur dengan sperma yang sudah menempel di thelycum dengan cara
menghentakkan kaki-kaki renangnya (pereopoda). Telur-telur dikeluarkan
oleh induk betina melalui lubang genitalia yang terletak pada coxa dari
pereopoda ke-tiga, dan mengarah ke depan,sehingga telur-telur terkumpul di
dalam rongga yang berada diantara coxa pada pereopoda ke-3 dan
ke-4. Ceruk (rongga) itu disebut fertilization chamber. Didalam
ceruk ini telur-telur bercampur sperma dan air, sehingga terjadi fertilisasi.
Setelah fertilisasi, barulah telur keluar menyebar kedalam air disekitarnya.
|
|
TINGKAH
LAKU KHUSUS
|
||
Diskripsi Singkat Tingkah Laku
Khusus Ikan Objek
|
Ikan kerapu merupakan ikan karang
yang memiliki sifat karnivor dan kanibalisme.
|
4.2.
Analisa Prosedur
Pertama-tama, menyiapkan alat dan
bahan yakni buku dan alat tulis untuk mencatat. Yang dilakukan dalam praktikum
adalah mengamati dan mencatat secara langsung tingkah laku ikan pada
masing-masing kolam. Kemudian mencatat penjelasan dari pemateri dan melakukan
tanya jawab dengan pemateri maupun asisten praktikum.
Disana
ada macam-macam kolam menurut kegunanaannya, seperti kolam untuk pembenihan
udang, kolam untuk pembenihan ikan kerapu, kolam tempat pembesaran larva udang,
kolam tempat pembesaran larva kerapu, kolam tempat memijah, dan masih ada yang
lain.
Pada
praktikum TLI kali ini para praktikan, asisten dan dosen menaiki bus sampai ke
Situbondo, sesampainya disana kita istirahat sambil makan setelah itu kita
semua langsung masuk ke aula untuk acara pembukaan dan dilanjutkan dengan
penyampaian materi oleh pihak BBAP Situbondo. Selain itu,
diadakan sesi tanya jawab dan semua praktikan wajib merangkum materi yang sudah
disampaikan.
Setelah dari aula dilanjutkan pengamatan lapang di 4
tempat, yaitu : kolam indukan, pembenihan, udang vanami dan pakan alami.
Masing-masing kelompok dibagi menjadi 4 kelompok kecil dan masing-masing
menyebar. Tiap-tiap kolam terdapat pihak BBAP yang siap menjawab pertanyaan
dari praktikan. Dan dilanjutkan dengan pendokumentasian praktikum.
Setelah
dari BBAP Situbondo dilanjutkan ke pantai pasir putih Situbondo. Setelah selesai semua kita kembali ke
malang.
4.3.
Analisa Data Hasil
Pengamatan
Dari praktikum Tingkah Laku Ikan
tentang Natural
Behaviour yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil bahwa ikan yang
dibudidayakan di BBAP Situbondo adalah Ikan Kerapu Macan, Ikan Kerapu Tikus,
Ikan Kerapu Kertang, Ikan Kerapu Batik, dan Udang Vannamei.
Ciri-ciri
dari ikan Kerapu Tikus adalah, bentuk sisik sikloid, bagian dorsal dari kepala
cekung, tidak mempunyai gigi taring, lubang hidung besar berbentuk bulan sabit
vertical, sirip ekor membulat. Tubuhnya berwarna abu-abu kehijauan terang
dengan bintik-bintik hitam. Kebiasaan makan ikan kerapu tikus, dimana ikan ini
mencari makan pada malam hari. Aktivitas ikan nocturnal mencari makan dimulai
saat hari mulai gelap. Ikan kerapu memijah pada malam hari disebabkan ikan
tersebut merupakan ikan demersal dan bersifat fototaksis negative (-) yaitu
cenderung menjauhi cahaya. Ciri induk yang siap memijah yaitu ikan menjadi
lebih sensitive terhadap suara atau cahaya. Kemudian induk kerapu jantan akan
bergerak mengikuti induk betina dan berenang bersama. Alat tangkap yang
biasanya digunakan pada penangkapan ikan karang salah satunya yaitu ikan kerapu
yaitu dengan bubu (perangkap).
Ciri-ciri morfologi ikan kerapu batik adalah bentuk tubuh pipih, rahang
atas dan bawah dilengkapi dengan gigi yang lancip dan kuat, mulut lebar, ,
sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung tunggal dan memanjang badan
ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid. Morfologi ikan kerapu macan bentuk tubuhnya agak rendah,
moncong panjang memipih dan menajam, maxillary lebar, gigi pada bagian sisi
dentary 3 atau 4 baris, terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan
sirip, bintik hitam pada bagian dorsal dan posterior. Hidup pada kualitas air
yang bersih jika dibudidayakan. Habitat aslinya di wilayah terumbu karang.
Udang
penaeid termasuk crustaceae yang merupakan binatang air memiliki tubuh
beruas-ruas, pada setiap ruasnya terdapat sepasang kaki. L.vannamei memendamkan
diri dalam lumpur/pasir dasar kolam bila siang hari, dan tidak mencari makanan.
Akan tetapi pada kolam budidaya jika siang hari diberi pakan maka udang vaname
akan bergerak untuk mencarinya. Proses pemijahan hanya berlangsung kira-kira 2
menit saja pada L.vannamei, dimana proses ini terjadi ketika induk
betina berenang secara perlahan dalam badan air. Pada proses ini biasanya semua
telur matang gonad dikeluarkan sekaligus. Begitu telur-telur keluar, induk
betina mencampurkan telur-telur dengan sperma yang sudah menempel di thelycum
dengan cara menghentakkan kaki-kaki renangnya (pereopoda).
BAB V
PENUTUP
4.4.
Kesimpulan
Dari praktikum Tingkah Laku Ikan
tentang Natural Behaviour diperoleh
kesimpulan bahwa :
·
Ikan
kerapu macan, kerapu tikus, kerapu
kertang, kerapu batik termasuk ke dalam family Serranidae.
·
Udang
vaname termasuk kedalam family Penaeidae
·
Ikan
kerapu merupakan ikan karang yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
·
Penangkapan
ikan kerapu dapat dilakukan dengan mengguanakan alat tangkap pasif seperti
bubu, pancing tarik ulur, dll.
·
Lingkungan
yang baik untuk pemeliharaan ikan kerapu yaitu air yang bersih dan terjaga
nilai salinitas, suhu
dan kadar DOnya.
·
Dalam
pemilihan benih harus teliti karena benih yang baik akan menjadi indukan yang
baik juga.
·
Tingkah
laku ikan kerapu pada umumnya fototaksis negative.
·
Tingkah
laku udang vaname bersifat pemakan segalanya dan pemakan bangkai.
·
Tingkah
laku pemijahan udang Vaname yaitu ketika akan memijah induk betina menempelkan
telur-telurnya dengan sperma yang sudah menempel di thelycum.
·
Tingkah
laku pemijahan ikan kerapu pada umumnya indukan akan menjadi lebih sensitif
terhadap suara atau cahaya, dan induk jantan pergerakannya akan lebih agresif
dari pada induk betina.
4.5.
Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya
adalah agar informasi lebih diperjelas supaya tidak ada kesalahpahaman antara
praktikan dengan asisten.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, A. 2009. Estimasi Daya Dukung Terumbu Karang Berdasarkan Biomasa Ikan Kerapu
Macan di Perairan Sulamadaha, Maluku Utara ( Suatu Pendekatan Pengelolaan
ekologis ). Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Alfarico.
2012. Morfologi Ikan Kerapu. http://blogs.unpad.ac.id/alfarico/2012/02/13/Kerapu-tikus/.
Diakses pada tanggal 16 Desember 2013 pukul 16.03
Aslianti,
T, B. Slamet dan G.S. Prasetya. Aplikasi
Budidaya Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) di Teluk Ekas Kabupaten Lombok
Timur. Balai Besar Riset Perikanan
Budidaya Laut Gondol PO Box. 140. Singaraja 81101, Bali dan Badan Riset
Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Astuti, Maulina Evi. 2005. DIMENSI
UNIT PENANGKAPAN PUKAT UDANG DAN TINGKATPEMANFAATAN SUMBERDAYA UDANG DI
PERAIRAN LAUT ARAFURA.
Baskoro, M. S. 2011. Tingkah Laku Ikan Hubungannya dengan Ilmu
dan Teknologi Perikanan Tangkap. Lubuk Agung. Bandung.
Beksi, Andal. 2013. Teknik Pemeliharaan Kerapu Cantang di Bak
Terkontrol. (http://andalbeksi.blogspot.com/2013/10/teknik-pemeliharaan-larva-kerapu.html,
diakses 16 Desember 2013).
Deputi
Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.
2013. PEMBENIHAN
IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus
fuscoguttatus).
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Gedung
II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta.
Donny, Juliandri
Prihadi. 2013. pengaruh jenis dan waktu pemberian pakan terhadap tingkat kelangsungan
hidup dan pertumbuhan kerapu macan ( Epinephelus fuscoguttatus ) dalam karamba jaring apung di balai budidaya
laut lampung.Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Padjajaran.
Effendi. 2002. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Elovaara, E.K. 2001. Cegah Bercak Putih (WSSV) yang Menyerang
Udang di Tambak. IPB. Bogor.
Farabi,
Ikbal. 2012. Teknik Pembenihan Ikan
Kerapu Macan (Epinephelus fuscogutattus) di Balai Besar Pengembangan Budidaya
Air Payau (BBPBAP), Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. (http://ikbalfarabi007.blogspot.com/2012/06/pembenihan-ikan-kerapu-macan.html,
diakses 16 Desember 2013)
Fauzi, A. 2006. Efisiensi Pengelolaan Tambak Udang. IPB. Bogor.
Fishbase.2013.
http://www.
fishbase.org/ summary/Epinephelus-lanceolatus .html.
Diakses pada 22 Mei 2013.
Fitri, Aristi Dian Purnama dan Agus
Suherman. 2003. Analisis Penangkapan Ikan
Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) dengan Menggunakan Alat Bubu.
Universitas Diponegoro: Semarang
Fitri, Aristi Dian Purnama. 2008. Respon Penglihatan Dan Penciuman Ikan Kerapu
Terhadap Umpan Terkait Dengan Efektivitas Penangkapan. Institut Pertanian
Bogor: Bogor
Fujaya, Yushinta. 2008. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Rineka Cipta. Jakarta.
Gani, P.R.M dan N. Abdulgani. 2009. Aspek Reproduksi Ikan Kerapu Macan
(Epinephelus sexfasciatus) di Perairan Glondonggede Tuban. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan. Institut teknologi sepuluh Nopember. Surabaya.
Google Image.2013.Gambar Ikan Kerapu
Macan.www.googleimage.com.Diakses tanggal 18 Desember 2013 pada pukul 07.00 WIB
Hadisubroto,
I. dan R. Djamal. 1992. Usaha Perikanan
Pancing Tangan ( Kakap Merah dan Kerapu) di Desa Sungai teluk-Bawean.
Jurnal pen. Perikanan Laut. No 68. Hal 37-47
Haliman RW, Adijaya DS. 2005. Teknik Pemberasan Udang Vannamei secara
Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Ismi
S, Nirmala Y A, Kusumawati D, Heru T .2012. Pendederan
Benih Kerapu Sebagai Usaha Untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Pesisir.
IPB,Bogor
Istrada, Tegar. 2013. Makanan dan Kebiasaan
Makan pada udang. http://istradaboy.blogspot.com/2013/06/makanan-dan-kebiasaan-makan-pada-udang.html
Jaya, A. Bahari. 2013. Klasifikasi Ikan Kerapu Tikus. http://arthabaharijaya.blogspot.com/ikan-expor-kerapu-tikus. Diakses pada tanggal 16 Desember 2013 pada pukul
16.07 WIB
Kepala
Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan. 2012. Budidaya Udang Vaname. (Littopenaeus
vannamei) yang terdiri dari 5 ruang lingkup yaitu Biologi udang vaname,
Persiapan pemeliharaan, Penebaran benur, Pengelolaan pakan dan air media
pemeliharaan, dan Panen.
Kurniawan.
2011. PAPER METODE PENANGKAPAN IKAN Pukat
Udang (shrimp trawl).
Mariskha,
Putri Ratna dan Nurlita Abdulgani. 2012. Aspek
Reproduksi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus sexfasciatus) di Perairan Glondonggede Tuban. JURNAL SAINS DAN
SENI ITS Vol. 1, No. 1.
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya
Marsen, Rico.
2010. PROSES PEMANENAN UDANG PUTIH. http://ricomarsen.wordpress.com/2010/04/06/proses-pemanenan-udang-putih/
Negara, I Ketut Wija. 2013. Kerapu Tikus. (http://uangikan.blogspot.com/2013/04/kerapu-tikus.html,
diakses pada 16 Desember 2013)
Nuraini, Siti dan
Sri Turni Hartati.2006. JENlS lKAN
KERAPU (SERRANIDAE) TANGKAPAN BUBU DI PERAIRAN TELUK SALEM,
SUMBAWA. Prosiding Seminar Nasional Ikan IV Jatiluhur
Putri, D.I.L ., A. Tumulyadi dan Sukandar. 2013. Tingkah Laku Pemijahan, Pembenihan,
Pembesaran Ikan Kerapu Tikus
(Cromileptes Altivelis) Di Balai Budidaya Air Payau Situbondo. Pspk
Student Journal. 1(1):11-15. Universitas Brawijaya
Rahman, Aditya. 2005. Litopenaeus
vannamei. IPB. Bogor.
Ratna, Ayu. 2011. Tingkah Laku Ikan dan Penangkapan. Universitas Hasanudin. Sulawesi
Selatan.
Riyanto , Mochammad, Ari Purbayanto dan Budy Wiryawan. 2013. EFEKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN KERAPU
MACAN ( Epinephelus fuscoguttatus ) DENGAN BUBU MENGGUNAKAN UMPAN BUATAN. Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan FPIK Institut Pertanian Bogor (IPB)
Kampus IPB Dramaga Bogor.
Riyanto, Mochammad. 2008. Rspon
Penciuman Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscogutattus) Terhadap Umpan Buatan.
Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Septinawati, atmirah dan W.
Tjahjaningsih. 2010. Manajemen Pembesaran
Kerapu Tikus (cromileptes altivelis) Di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air
Payau (BBPBAP) Jepara Jawa Tengah. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan.
2(1).
Soesanto, T.B. 2009. Analisis Usaha Budidaya
Pendederan Kerapu Macan di Bak Beton. Pusat Teknologi Produksi Pertanian.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Sugama
, Ketut, Michael A. Rimmer, Suko Ismi,Isti Koesharyani, Ketut Suwirya, N.A.
Giri dan Veronica R. Alava. 2013. Pengelolaan Pembenihan Kerapu Macan (
Epinephelus Fuscoguttatus). Jakarta. ACIAR.
Syafrenal.
2011. Reproduksi Udang Putih (Litopenaeus vannamei). http://tuturanbermakna.wordpress.com/2011/04/29/reproduksi-pada-udang-putih-litopenaeus-vannamei/
Tarwiyah, 2001. Pembenihan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscogutattus). Direktorat Bina Pembenihan, Direktorat Jendral
Perikanan, Departemen Pertanian: Jakarta.
Tiyoso, S. J, A. muhariyanto, D.
Krisunari, dan Y. Astuti. Pengkajian
Adaptasi Teknologi Budidaya Ikan Kerapu. Prosiding Seminar dan Ekspose
Hasil Penelitian/Pengkajian BPTP Jawa Timur
Unit
Pelaksana Teknis (UPT),2011. Teknik
Hibridisasi Ikan Kerapu Macan
(Epinephelus Fuscoguttatus) Dengan Ikan Kerapu Kertang (Epinephelus
Lanceolatus). Dirjen Perikanan Budidaya KKP,BBAP Situbondo.
Utama,
F. W. 2008. Analisis Kelayakan usaha
Budidaya Ikan Kerapu Macan di Pulau Panggang, Kabupaten Administratif
Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor
Widodo M.
S.2006. Deferensiasi
Gonad/Seks (Hermaprodit Protogyni) pada Ikan Kerapu Kertang(Ephinepelus Lanceolatus) pada Kisaran
Berat Tubuh yang Berbeda di Perairan Tanjung Luar. Jurusan Perikanan Universitas Brawijaya, Malang.
Zulkifli,
AK, M. Nasir U, T.Iskandar,
Mukhlisuddin, A. Azis, Yulham, Bahrum, Cut Nina H, Amir Y, Baharuddin
dan Zuardi E. 2000.Rakitan Teknologi
Budidaya Kerapu Dalam Keramba Jaring Apung (KJA). LPTP Banda
Aceh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar